Kamis, 22 Agustus 2019

Seminar Hari Pengendalian Nyamuk Tahun 2019

Semarang, 22 Agustus 2019


Peserta HPN 2019
Dalam rangka menyambut Hari Pengendalian Nyamuk (2019), Kementerian Kesehatan bekerja sama dengan Fakultas Kesehatan Masyarakat FKM Universitas Diponegoro (Undip) menyelenggarakan Seminar Nasional HPN 2019, yang diselenggarakan pada tanggal  22 Agustus 2019 di MG Setos Hotel Semarang. 

Kegiatan ini dihadiri oleh para peneliti, dosen, mahasiswa, tenaga entomolog, petugas kesehatan di Puskesmas, Puskesmas, Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP), Balai/Balai Besar Tehnik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit (B/BTKL PP), Litbang, pest control dan praktisi di bidang vector control. Pada Seminar HPN ini BBTKL PP Yogyakarta dihadiri oleh Kepala BBTKL PP Yogyakarta, DR. dr. Irene, MKM, Kabid Surveilans Epidemiologi Sayekti Udi Utama, SKM, M.Kes, Kabid ADKL Feri Astuti, ST, MPH, dan 3 (tiga) orang Entomolog yaitu Dr. Andiyatu, SKM, M.Si,, Yohanes Didik Setiawan, S.Si. M.Sc dan Yuli Patmasari, Am.KL. 
Kepala BBTKL PP Yogyakarta
dalam HPN 2019
Penyakit tular vektor, khususnya nyamuk masih menjadi salah satu permasalahan kesehatan di Indonesia. Target Kementerian Kesehatan RI saat ini di antaranya tahun 2025 mencapai eliminasi filariasis (kaki gajah) dan reduksi demam berdarah, dan  penyakit malaria bisa tereliminasi pada Tahun 2030. Demam berdarah, malaria juga kaki gajah adalah sebagian dari penyakit yang ditularkan oleh sektor nyamuk. Untuk mengoptimalkan pencapaian target, maka dukungan semua pihak dibutuhkan, di antaranya masyarakat. Pengendalian secara lintas sektoral merupakan upaya preventif pencegahan penyakit-penyakit tersebut. Dalam 30 tahun terakhir ini, Indonesia mengalami transisi epidemiologi yaitu suatu kondisi berubahnya pola masalah kesehatan yang ditandai dengan beban ganda atau double burden dari pelayanan kesehatan. Pada kondisi itu, di Indonesia, penyakit menular termasuk penyakit tular vektor masih merupakan masalah kesehatan, sedangkan morbiditas, mortalitas, dan disabilitas akibat penyakit tidak menular semakin meningkat. 
Kegiatan ini diawali dengan Laporan Ketua Panitia yang disampaikan oleh dr. Siti Nadia Tarmizi, M.Kes, Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik Ditjen P2P Kemenkes RI, tentang pelaksanaan dan tujuan kegiatan ini.

Pelantikan SICENTIK
Selanjutnya adalah Pelantikan SICENTIK oleh Ketua TP PKK Kota Semarang Krisseptiana Hendrar Prihadi yang kemudian menyanyikan lagu Pemantau Jentik. SICENTIK adalah kegiatan Siswa/siswi di SD/sederajat dan SLTP/Sederajat diajak untuk memantau jentik di rumah masing-masing setiap hari Minggu dan dilaporkan kepada guru kelas setiap hari Senin. 

Di Kota Semarang, pengendalian lintas sektoral sangat baik, diantaranya peranan tim penggerak PKK Kota Semarang lewat gerakan satu rumah satu jemantik yang berkontribusi terhadap pengendalian demam berdarah di Semarang.

Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah dr. Yulianto Prabowo, M.Kes, menyampaikan bahwa berkehidupan secara bersih dan sehat perlu terus ditanamkan, hal lain yang diterapkan di antaranya mendorong dokter klinik di setiap klinik di Jateng menguasai 155 diagnosis penyakit termasuk diagnosis Demam Berdarah Dengue yang disebabkan nyamuk Aedes aegypti ini. Penyakit dengue diklasifikasikan menjadi tiga.yakni DBD atau Dengue Hemorrhagic Fever, Dengue High Fever (DHF) dan Dengue Shock Syndrome (DSS). DHF dan DSS urusan rumah sakit. Tetapi masyarakat terkena DBD harus bisa didiagnosis oleh dokter klinik dan puskesmas.

Selanjutnya adalah sambutan dari Wakil Rektor Bidang Komunikasi dan Bisnis Undip, Dr. Darsono, S.E., Akt., MBA menyampaikan bahwa seminar ini diinisiasi oleh Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Undip dan Kemenkes. Semoga lewat ini, ada pemecahan masalah agar penyakit-penyakit tersebut kasusnya cepat berkurang.

Dalam sambutannya, Menteri Kesehatan (Menkes)Prof. Dr. dr. Nila Djuwita F. Moeloek, SpM(K) pada “Seminar Nasional Peringatan Hari Pengendalian Nyamuk 2019” yang dibacakan Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes RI, dr. Anung Sugihantono, M.Kes disampaikan, kondisi yang sama juga terjadi di banyak negara berkembang. Beberapa pakar menyebut kondisi itu sebagai triple burden karena mereka memisahkan penyakit menular dengan kecelakaan/ruda paksa atau injury. Mengingat potensi penyebaran penyakit tular vektor yang sangat banyak dan wilayahnya sangat luas, maka upaya melakukan pengendalian vektor tanpa menganggu ekosistem menjadi ujung tombak dalam rangka upaya pencegahan dan pengendalian penyakit tular vektor di Indonesia.

Pengendalian vektor tidak sederhana karena berkaitan dengan lingkungan sebagai tempat perkembangbiakan yang pada beberapa kesempatan ada hubungannya dengan sumber perekonomian masyarakat. Selain itu juga berkaitan dengan perilaku masyarakat, yang dipengaruhi oleh berbagai determinan kehidupan sosial kemasyarakat atau kultural di masing-masing daerah. Pengendalian vektor menjadi tanggungjawab bersama seluruh komponen bangsa, baik pemerintah, masyarakat, akademisi dan/ atau dunia usaha. 

Di negara tropis seperti Indonesia, nyamuk dengan mudah berkembang biak karena mempunyai habitat yang sesuai, seiring dengan meningkatkan mobilitas penduduk. Kondisi ini menyebabkan transmisi penyakit tular nyamuk dapat terjadi di mana saja bukan hanya di kota, namun juga di desa bahkan di daerah pegunungan atau rawa, hutan bakau dan berbagai ekosistem lainnya.

Penyerahan Rekor MURI 9130
Usai Sambutan Dirjen P2P dilakukan Penyerahan Rekor MURI Nomor 9130 untuk Survei Nyamuk Dengan Spesies Terbanyak, dimana Kemenkes RI  (Ditjen P2P dan Litbang-BP2PRV Salatiga) melakukan pengumpulan spesimen nyamuk dari 29 Provinsi di Indonesia melalui Rikhus Vektora pada tahun 2015 hingga 2018. Hasil penelitian tersebut telah terkumpul 221 spesies dan 18 genus yang terdiri dari 55 spesies Aedes, 45 spesies Anopeles, 1 Spesies Aedeomyia, 15 spesies Armigeres, 39 spesies Culex, 4 spesies Coquillettidia, 1 Spesies Ficalbia, 1 speies Heizmannia, 4 spesies Lutzia, 1 spesies Malaya, 8 spesies Mansonia, 3 spesies Mimomyia, 2 spesies hodgesia, 5 spesies Topomyia, 4 spesies Toxorhyncites, 5 spesies Tripteroides, 27 spesies uranotaenia, 2 spesies Bironella yang berhasil dikoleksi dalam periode waktu tersebut. Beberapa spesies dari genus Anopheles, Culex, Aedes, Mansonia dan Armigeres telah diidentifikasi sebagai vektor malaria, sedangkan Japanese encephalitis, Filariasis diidentifikasi deman berdarah dengue dan chikungunya. Hasil inventarisasi nyamuk dan habitatnya ini diharapkan dapat melengkapi data keberadaan nyamuk di Indonesia sebagai pendukung upaya pengendalian penyakit tular vektor secara efektif dan efisien.

Sambutan Gubernur Jawa Tengah
Mengakhir rangkaian acara pembukaan, adalah Sambutan Gubernur Jateng Ganjar Pranowo yang menyatakan bahwa program Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (Germas) mestinya bisa memberantas vektor nyamuk yang menyebabkan penyakit malaria, DBD, dan lainnya. "Saya menjadi gemas, kalau program Germas ternyata belum bisa memberantas vektor nyamuk”. Solusi pengendalian nyamuk selain IPTEK adalah Germas. Germas ini korelasinya dengan pendidikan, ekonomi dan tingkat kesejahteraan, karena ketika pendidikan, ekonomi dan kesejahteraannya baik, nalar pun akan berubah. Tetapi, ketika pengetahuan rendah, ekonominya rendah, otomatis aksesnya juga rendah. Di Jerman, untuk membangun masyarakat sehat, tertib butuh waktu 50 tahun prosesnya. Kita semua harus terlibat mendorong kuat-kuat.

Dirjen P2P bersama Kepala BBTKL PP Yogyakarta
mengunjungi stand Pameran
Setelah acara pembukaan dilakukan presentasi Panel Pertama Perkembangan Penelitian Nyamuk Aedes Ber-Wolbachia di Indonesia dan dampaknya dimoderatori oleh Direktur P2PTVZ dr. Siti Nadia Tarmizi, M.Kes, yang kemudian dilanjutkan dengan Kunjungan ke Stand Pameran di tempat yang sama. 

Setelah itu dilanjutkan dengan Presentasi Panel 2 yaitu Keterpaduan program dan riset Bidang P2PTVZ yang dimoderatori oleh Sesditjen P2P dr. Ahmad Yurianto.

Panel 3 dimoderatori oleh Prof. Sudomo, Ph.D yaitu Pengendalian Vektor, Panel 4 dimoderatori oleh Kapus UKM yaitu Diagnosis dan Tatalaksana, serta Panel 5 dimoderatori oleh DR. dr. Rita Kusriastuti, M.Sc yaitu Best Practice Vector and Dengue Control in Taiwan. Dan seminar ini diakhiri dengan penutupan oleh Direktur P2PTVZ.

Presentasi Poster BBTKL PP Yogyakarta
Pada kesempatan ini juga dilakukan Lomba Poster, yang mana BBTKL PP Yogyakarta mempresentasikan 4 poster yang berjudul:

  1. Rapid Survey tingkat pemilikan dan Penggunaan Kelambu Berinsektisida – LLINs di Kabupaten Lintas Batas Bukit Menoreh dan Sekitarnya.
  2. Uji Resistensi Vektor Anopheles maculatus dan Anopheles vagus dengan Metode WHO dan CDC Bottle di Kabupaten Kulonprogo, Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2019.
  3. Monitoring dan Resistensi Vektor Malaria Terhadap Insektisida Pyretroiid di Purworejo Provinsi Jawa Tengah Tahun 2019.
  4. Monitoring dan Resistensi Vektor Malaria Terhadap Insektisida Pyretroiid di Purworejo Provinsi Jawa Tengah Tahun 2019.
Keesokan harinya dilakukan city tour disejumlah objek wisata terfavorit di kota Semarang dan sekitarnya, seperti Kota Lama, Lawang Wewu, Sam poo kong, Candi Gedong Songo, taman bunga Celosia Bandungan, Agro Wisata Tlogo dan lain-lain.

(DR. dr. Irene, MKM)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar