Rabu, 18 Januari 2012

Roadshow Kadinkes Provinsi Sumatera Barat dan pertemuan Monitoring dan Evaluasi Tuberkulosis

Selasa, 17 January 2011


Tim Dinas Kesehatan Provinsi, dipimpin oleh ibu Kepala Dinas Kesehatan Dr. Hj. Rosnini Savitri, MKes, bersama Kabid PP dan Bencana DR. dr. Irene, MKM, Kabid PPK Dr. Hj. Lily Gracediani, MKes, Kabid SDK Drg. Bachtaruddin, Kasi Akreditasi Syafwan, SKM, MKes, Kasi Perencanaan Dra. Yudihartati, Apt., PPO GF ATM Komponen TB Dr. Wihardi Triman, MQIH, Surveilans Officer Dinkes Sumbar, Yusmayanti, SKM, MEpid. Sekda Kabupaten Tanah Datar hadir dan membuka acara tersebut secara resmi acara tersebut.

Pada pertemuan ini dibahas masalah-masalah dalam pencapaian program kesehatan di Kabupaten Tanah Datar, beberapa indikator terutama untuk penyakit menular belum tercapai. juga indikator-indikator lainnya. untuk itu perlu percepatan dan upaya keras, yang tentu juga didukung dana.

Program Penanggulangan Tuberkulosis

Khusus untuk TB, Tanah Datar menempati urutan ke 18 dari 19 Kabupaten Kota dalam penemuan Kasus (nomor 2 terendah) yaitu 32,2% (dari target 70%). Ini disebabkan karena jumlah suspek yang diperiksa memang sangat rendah, hanya 21%. Proporsi BTA Positif diantara Suspek 15,2% menunjukkan memang penjaringan terlalu ketat disamping kemungkinan kesalahan di laboratorium (positif palsu). Sementara angka konversi sudah mencapai target 86%, tapi masih ada 3 puskesmas yang masih kecil dari 50% dan Angka Keberhasilan pengobatan mencapai 91%, artinya kalaulah pasien ditemukan maka umumnya akan sembuh. Hal jadi permasalahan disini adalah bahwa perlu perhatian di penemuan dini dan konversi

PENEMUAN DINI

Penemuan dini pasien TB menular (TB BTA positif) harus merupakan prioritas utama, dengan demikian pasien dapat diobati sebelum mereka menularkan lebih lanjut ke orang lain. Kesempatan penemuan pasien TB akan hilang kalau petugas kesehatan tidak melakukan anamnesa dengan baik dan benar serta tidak melakukan pemeriksaan dahak.

Mengidentifikasi apakah seseorang itu suspek TB Paru, maka petugas kesehatan haruslah bertanya kepada semua pasien dewasa (berumur 15 tahun atau lebih) yang mempunyai tanda dan gejala mengarah kemungkinan TB:
 a. Apakah anda batuk? b. Apakah batuk anda berdahak? c. Sudah berapa lama anda batuk?

Tanyakan juga gejala-gejala lain yang menyertai keluhan batuk tersebut untuk lebih meyakinkan bahwa kondisi tersebut mengarah kepada kemungkinan TB.
Petugas kesehatan perlu mencermati semua pengunjung Sarana Pelayanan Kesehatan, termasuk mereka yang datang tidak dengan keluhan batuk dan anggota keluarga yang mengantar mereka, sebaiknya ditanya apakah mereka batuk dan sudah berapa lama. Tugas ini dapat dilakukan oleh petugas di bagian penerimaan pasien (di bagian pendaftaran).
Perlu diperhatikan bahwa sekitar 50% dari suspek TB mungkin tidak terjaring jika petugas hanya mencurigai TB pada mereka yang datang berobat karena batuk saja.
Menentukan suspek TB ekstraparu tidaklah mudah seperti suspek TB paru. Gejalanya tergantung pada lokasi penyakitnya atau organ tubuh yang terkena. Diagnosis TB ekstraparu perlu dilakukan pemeriksaan laboratorium penunjang lainnya, tidak hanya sekedar pemeriksaan dahak.

Pasien anak umumnya sulit mengeluarkan dahak. Sebab itu, pemeriksaan dahak hanya dapat dilakukan bila anak tersebut mampu mengeluarkan dahak. Berdasarkan hal tersebut maka diagnosis TB pada anak mengikuti alur khusus yaitu sistem skoring yang dikeluarkan oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI).

Penemuan pasien anak dapat dilakukan secara sentripetal (mencari sumber penularan) dan sentrifugal (mencari anak yang kontak erat dengan pasien TB paru BTA positif).

Diagnosis TB hanya dilakukan oleh dokter atau petugas kesehatan lain yang diberi pelimpahan kewenangan terbatas oleh pejabat terkait.

KONVERSI

Maksud dilakukannya pemeriksaan ulang dahak pada pengobatan dengan Kategori-1 dan Kategori-2 adalah:
  • Pemeriksaan pada akhir tahap awal: untuk menentukan konversi. 
Apabila telah mengalami konversi, berarti pasien telah menelan obat secara teratur dan paduan obat yang diberikan efektif.
Apabila tidak konversi berikan sisipan. 
  • Pemeriksaan pada sebulan sebelum akhir pengobatan: untuk menentukan kemungkinan ada tidaknya kuman yang sudah kebal obat terhadap paduan OAT yang diberikan.
Apabila hasilnya masih BTA positif, kemungkinan ada kuman-kuman TB kebal obat yang berkembang, sehingga pasien ini perlu diberi paduan obat yang spesifik. 
  • Pemeriksaan pada akhir pengobatan: untuk menentukan kesembuhan. Apabila hasilnya BTA negatif itu berarti kesembuhan dapat dikonfirmasi. 
Apabila pemeriksaan ulang dahak pada akhir tahap awal hasilnya masih BTA positif, hal ini mungkin diakibatkan oleh salah satu sebab di bawah ini :
  • Paling sering: pengobatan tahap awal sangat lemah pengawasannya; atau OAT ditelan tidak sesuai aturannya; atau tidak mengikuti jadual yang ditetapkan. 
  • Kadang-kadang: proses konversi apusan dahaknya berjalan lambat akibat terlalu banyak jumlah kuman TB dalam tubuh; atau karena telah terjadi kerusakan jaringan paru yang luas; atau karena adanya gangguan penyerapan OAT. 
  • Jarang: kuman sudah kebal terhadap OAT (TB MDR) sehingga tidak ada lagi manfaat pemberian OAT lini pertama. 
(DR. dr. Irene, MKM)








2 komentar:

  1. Terimakasih kepada Bu Nini dan Bu Irene beserta Tim Roadshow, telah memberikan pencerahan ttg monev TB di Kab.Tanah Datar

    BalasHapus
  2. roadshow to Luhak Nan Tuo its Okay....thanks to all team from Padang, good luck!!.

    BalasHapus