Sabtu, 31 Januari 2015

Difteri

Apa itu Difteri?
Penyakit difteri adalah penyakit menular mematikan yang menyerang saluran pernafasan bagian atas (tonsil, faring dan hidung) dan kadang pada selaput lendir dan kulit yang disebabkan oleh bakteri yaitu Corynebacterium diphteriae. Semua golongan umur baik anak-anak maupun orang dewasa dapat tertular oleh penyakit ini. Namun anak usia kurang dari 5 tahun dan orang tua diatas 60 tahun sangat beresiko tertular penyakit Difteri.

Apa Saja Gejala/Tanda-tanda Penyakit Difteri?

Pada umumnya penyakit difteri menyebabkan gejala-gejala seperti panas, sesak nafas, nyeri telan pada tenggorokan, leher bengkak (bullneck), serta adanya selaput warna putih keabu-abuan di tenggorokan yang dapat menyumbat jalan nafas. Selain itu penyakit difteri dapat menghasilkan racun yang berbahaya karena dapat menyerang otot jantung, jaringan saraf dan ginjal.

Difteri dapat menyerang bagian tubuh seperti tenggorokan, bibir, kulit, mata, hidung, tonsil faring, dan laring. Penyakit Difteri yang parah dapat menimbulkan komplikasi. Komplikasi bisa dipengaruhi oleh virulensi kuman, luas membra, jumlah toksin, waktu antara timbulnya penyakit dengan pemberian antitoksin. Komplikasi yang terjadi antara lain kerusakan jantung, kerusakan system saraf dan obstruksi jalan nafas.






Apakah Penyebab Penyakit Difteri?
Gambar bakteri Corynebacterium diphteriae

Penyakit difteri disebabkan oleh bakteri Corynebacterium diphteriae. Bakteri ini adalah kuman batang gram positif, dimana kuman ini tidak membentuk spora, tahan dalam keadaan beku dan kering dan mati pada pemanasan 60ÂșC.

Akan tetapi terdapat beberapa faktor lain yang dapat mempermudah terinfeksi penyakit Difteri, yaitu:
  • Cakupan imunisasi kurang atau tidak mendapat imunisasi secara lengkap 
  • Kualitas vaksin yang tidak bagus 
  • Faktor lingkungan tidak sehat seperti sanitasi yang buruk dan rumah yang berdekatan yang mempermudah penyebaran difteri 
  • Tingkat pengetahuan ibu rendah tentang imunisasi dan gejala difteri 
  • Akses pelayanan kesehatan yang kurang 

Bagaimana Cara Penularan Difteri?


Penyakit Difteri terkenal sebagai penyakit menular yang berbahaya. Lalu bagaimana cara penularannya? Penyakit Difteri dapat menular melalui percikan ludah/batuk/bersin dari orang yang membawa bakteri (sedang menderita difteri atau seorang karier difteri) ke orang lain yang sehat. Karier difteri adalah seseorang yang sehat, tidak mengalami gejala penyakit difteri, tetapi hasil tes swab hidung menunjukkan positif adanya kuman difteri. Orang dengan karier difteri dapat disembuhkan dengan cara minum obat eritsomisin 4x1 selama 10 hari,

Bagaimana Cara Mencegah Penyakit Difteri?

Penyakit Difteri berbahaya, tetapi dapat dicegah dengan cara imunisasi dasar lengkap. Berikut adalah 3 imunisasi yang dilakukan di Indonesia:
  • Imunisasi dasar lengkap pada saat (DPT-HB-HiB 3 kali) dan booster 1 kali saat anak usia 18 – 36 bulan. 
  • Imunisasi DT pada anak SD/MI kelas 1 
  • Imunisasi TD pada anak SD/MI kelas 2 dan 3 
Di samping mendapat imunisasi lengkap untuk membentuk sistem kekebalan tubuh, ada baiknya penyakit difteri kita cegah dengan melakukan:
  • Hindari untuk kontak secara langsung dengan penderita difteri. 
  • Menjaga kebersihan diri dan lingkungan seperti cuci tangan, sanitasi yang baik, membersihkan bagian rumah dan halaman, dan lain-lain. 
  • Menjaga kondisi tubuh tetap prima agar tidak mudah terserang penyakit seperti makan makanan bergizi dan berolaharaga yang rutin 
  • Bila perlu pakailah masker kesehatan. 
  • Tidak batuk dan bersin di sembarang tempat. Etika bersin dan batuk yang benar adalah dengan menutupi menggunakan tissue, atau jika tidak ada tissue maka bisa menggunakan lengan 
Bagaimana Cara Mengobati Difteri?

Penyakit Difteri merupakan penyakit yang berbahaya yang bisa menyebabkan kematian. Oleh karena itu penanganan harus dilakukan dengan segera. Bila gejala-gejala difteri mulai timbul, maka segeralah pergi ke rumah sakit.

Berkonsultasilah dengan petugas kesehatan untuk mendapatkan pengobatan yang benar dan pemberian eritromisin terhadap kontak langsung.

Pemberian eritromisin dan penisilin dapat membantu menghilangkan kuman dan menghentikan pengeluaran toksin. Saat penderita mengalami sumbatan jalan nafas, jika diperlukan tenaga medis akan membuat lubang pada pipa saluran pernafasan atas agar pasien dapat bernafas.

Difteri di Kota Padang?

Bila ditemukan satu penderita yang diagnosis oleh dokter sebagai klinis difteri atau konfirmasi dipteri maka dianggap sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB), dan dilaporkan segera kurang dari 24 jam ke Dinas Kesehatan secara berjenjang untuk dilakukan penyelidikan lebih lanjut.

Pada tahun 2015 ini, kejadian dipteri di Kota padang (sd 31 Januari 2015), sudah ditemukan sebanyak 6 (enam) kasus. Berdasarkan domisili pasien ke lima kasus berasal dari:
  • Kasus 1, Kelurahan Parak Gadang Timur, Kec. Padang Timur
  • Kasus 2, Kelurahan Kuranji, Kec. Kuranji
  • Kasus 3, Kelurahan Olo, Kec. Padang Barat
  • Kasus 4, Kelurahan Alai Parak Kopi, Kec. Padang Utara
  • Kasus 5, Kelurahan Lubuk Minturun, Kec. Koto Tangah
  • Kasus 6, Kelurahan Lolong Belanti, Kec. Padang Utara
Berdasarkan jenis kelamin dari 6 kasus tersebut 50% nya berjenis kelamin laki-laki dan 66,67% berada pada kelompok umur > 5 tahun. Dari keenam kasus rata-rata tidak mendapat imunisasi lengkap.

Upaya tindak lanjut
  1. Penyelidikan Epidemiologi dan melaporkan W1 (format pelaporan KLB) dalam waktu < 24 jam 
  2. Penataksanaan kasus dan kontak. Kontak adalah orang yang berkontak erat dengan penderita seperti keluarga, teman sekolah, teman mengaji/les 
    • KASUS
      1. Kasus Difteri dirujuk ke RSUP DR. M. Djamil Padang 
      2. Tatalaksana pengobatan yaitu diberikan ADS, & anti biotik 
      3. Pengambilan spesimen swab tenggorokan & Hidung 
    • KONTAK
      1. Pengambilan swab hidung bagi kontak 
      2. Pemberian profilaksis (Erythromycin 50 mg/KgBB/hari) selama 7 – 10 hari 
    • LINGKUNGAN
      1. Surveilans ketat (pemantauan kasus demam) 
      2. Survei Cakupan imunisasi DPT (2-3 tahun sebelumnya), jika imunisasi DPT dan DT < 80% dilakukan ORI 
  3. Bila hasil pemeriksaan spesimen kontak positif dilakukan pemeriksaan ulangan pada 2 minggu setelah pengambilan spesimen pertama. 
  4. Rapat Koordinasi dengan Lintas Program dan Lintas Sektoral 
  5. Sosialisasi penanggulangan KLB Diphteri kepada petugas surveilans kab./kota dan PKM. 
  6. Sosialisasi penanggulangan KLB Diphteri kepada lintas program dan lintas sektor serta masyarakat 
  7. Pelaksanaan ORI (Out break Respons Immunization) se Kota Padang. Pada ORI ini akan diberikan imunisasi salah satu vaksin DPT-Hb-HiB/DT/Td untuk anak usia 0-15 tahun tanpa memandang status imunisasi sebelumnya. Jenis vaksin disesuaikan dengan usia anak. 
(Posted by: DR. dr. Irene, MKM)

1 komentar:

  1. wihh nice info
    kunjung balik, di web kami banyak penawaran dan tips tentang kesehatan
    Ada artikel menarik tentang obat tradisional yang mampu menyembuhkan penyakit berat, cek yuk
    Golden Gamat Obat alami maag
    Golden Gamat Pengobatan difteri

    BalasHapus