Selasa, 02 April 2013

Sosialisasi Imunisasi Pada Lintas Sektor, Program dan Tokoh Masyarakat

Padang, 2 April 2013

Dr. Hj. Rosnini Savitri, MKes
Pencapaian imunisasi juga merupakan suatu hal yang mempengaruhi IPKM (Indeks Pembangunan Kesehatan Masyarakat) yang menggambarkan kemajuan pembangunan kesehatan dan menentukan peringkat provinsi dan kabupaten/kota dalam keberhasilan pembangunan kesehatan masyarakat, dimana salah satu indikatornya adalah pencapaian imunisasi lengkap. Saat ini Kota Bukittinggi mencapai urutan terbaik dalam IPKM se Provinsi Sumatera Barat (Rangking 33 dari 440 kabupaten/kota) dan Kabupaten Kepulauan Mentawai di urutan terbawah (Rangking 409 dari 440 kabupaten/kota) dan Kabupaten Solok Selatan (Rangking 407 dari 440 kabupaten/kota) 

Dari sekian banyak keberhasilan program imunisasi masih terdapat beberapa kendala yang berpotensi untuk menurunkan pencapaian imunisasi yang dapat berakibat peningkatan kasus/Kejadian Luar Biasa sampai wabah yang disebabkan oleh Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I). Jika kita melihat pencapaian cakupan imunisasi Provinsi Sumatera Barat pada tahun 2011, sampai Bulan Agustus 2011, masih sangat jauh dari target nasional (campak yang sampai Agustus 2011 baru mencapai 42,3%, sedangkan target nasional yang harus dicapai adalah 82%). Saat itu Gubernur Sumatera Barat Irwan Prayitno, memimpin langsung "Seminar Imunisasi Untuk Buah Hati Kita", dan hal ini menunjukkan dampak yang sangat berarti, dimana pada akhir tahun, angka imunisasi campak sudah mencapai 78,5% (dari target 82%). Dan pada tahun 2012 angka ini menunjukkan kenaikan cukup pesat, dimana imunisasi campak mencapai 84,4% dari target 85%. Ini menunjukkan bahwa pelibatan masyarakat dalam program imunisasi sangatlah penting, demikian disampaikan ibu kepala Dinas Kesehatan Sumbar, Dr. Hj. Rosnini Savitri, M.Kes dalam sambutan saat membuka pertemuan sosialisasi imunisasi di Hayam Wuruk Hotel Padang, yang juga dihadiri oleh dr. Devi (Subdit Imunisasi Kemenkes)

Dalam ilmu kedokteran, imunitas adalah suatu peristiwa mekanisme pertahanan tubuh terhadap serangan benda asing hingga terjadi interaksi antara tubuh dengan benda asing tersebut. Adapun tujuan imunisasi adalah merangsang sistim imunologi tubuh untuk membentuk antibodi (kekebalan) spesifik sehingga dapat melindungi tubuh dari serangan Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I). 

Mengingat hal itu melalui Undang-Undang No.23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak pemerintah menegaskan bahwa setiap anak berhak memperoleh pelayanan kesehatan dan jaminan sosial sesuai kebutuhan fisik, mental spiritual dan sosial termasuk mendapatkan pelayanan imunisasi untuk mencegah penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi seperti tuberkulosis, polio, difteri, campak, hepatitis B dan sebagainya. Sampai saat ini sudah berbagai jenis imunisasi telah diprogramkan pemerintah bagi bayi, anak sekolah dan WUS (Wanita Usia Subur) termasuk ibu hamil. 

Kadinkes bersama ketua Tim Akselerasi UCI
Dr. Wihardi Triman, MQIH dan Dr, Drvi dari Kemenkes
Imunisasi merupakan salah satu dari 8 target dalam pencapaian Millenium Development Goals (MDGs) yaitu target 4A, menurunkan angka kematian balita sebesar dua pertiganya, antara 1990 dan 2015, dengan indikator persentase anak di bawah satu tahun yang diimunisasi campak. MDGs merupakan komitmen global untuk menangani isu perdamaian, keamanan, pembangunan, hak asasi manusia dan kebebasan dasar dalan satu paket kebijakan pembangunan guna percepatan pencapaian pembangunan manusia dan pemberantasan kemiskinan di seluruh dunia pada tahun 2015, papar Dr. Devi (Subdit Imunisasi)

DR. dr. Irene, MKM
Menurut DR. dr. Irene, MKM, Kabid PP dan Bencana Dinkes Provinsi Sumbar, hasil analisis imunisasi tahun 2012 menunjukkan bahwa dari 19 kabupaten/kota, yang sudah mencapai target pada tahun 2012, untuk: 
1. Indikator jangkauan program, yang mencapai target adalah:

  • Hb0 : 4 kabupaten/kota (Sawahlunto, Payakumbuh, Sijunjung, Bukittinggi)
  • BCG : 13 kabupaten/kota (Sawahlunto, Payakumbuh, Pasaman Barat, Kota Solok, Sijunjung, Bukittinggi, Solok Selatan, Pasaman, Padang Pariaman, Pesisir Selatan, Dharmasraya dan Kota Pariaman)
  • DPTHb1 : 12 kabupaten (Sawahlunto, Payakumbuh, Kota Solok, Pasaman Barat, Solok Selatan, Sijunjung, Bukittinggi, Padang Pariaman, Pasaman, Dharmasraya, Pesisir Selatan, dan Padang Panjang)
2. Indikator Efektifitas Program, yang mencapai target adalah:

  • DO DPTHb1 : 8 kabupaten (Solok Selatan, Agam, Padang Panjang, Sijunjung, Pasaman Barat, 50 Kota, Padang Pariaman, Tanah Datar)

3. Indikator Perlindungan Program, yang mencapai target adalah:

  • DPTHb3 : 12 Kabupaten (Kota Sawahlunto, Kota Payakumbuh, Kota Bukittinggi, Kab.Pasaman Barat, Kab.Solok Selatan, Kab.Sijunjung, Kab. Pd. Pariaman, Kota Solok, Kota Padang Panjang, Kab.Dharmasraya, Kab.50 Kota, Kab.Pesisir Selatan) 
  • Polio 4 : 11 kabupaten (Kota Sawahlunto, Kota Payakumbuh, Kab.Solok Selatan, Kota Solok, Kab.Sijunjung, Kota Bukittinggi, Kab. Pd. Pariaman, Kab.Pasaman Barat, Kota Padang Panjang, Kab.Dharmasraya, Kab.Pesisir Selatan)
  • Campak : 11 kabupaten (Kota Sawahlunto, Kota Payakumbuh, Kab.Sijunjung, Kab.Pasaman Barat, Kota Solok, Kab.Solok Selatan, Kota Padang Panjang, Kota Bukittinggi, Kota Pariaman, Kab.Pesisir Selatan, Kab.Dharmasraya)
Hal ini tentu saja akan mengancam masa depan anak bangsa. Sepanjang tahun 2012, telah terdapat kasus campak positif di beberapa Kabupaten/Kota yang menyerang anak-anak usia balita dan anak usia sekolah. Dari hasil analisis ternyata cakupan imunisasi di daerah tersebut belum mencapai target sesuai dengan yang ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan. 

Salah satu nara sumber pada pertemuan sosialisasi imunisasi
Jika cakupan imunisasi BCG dibawah target tentu saja anak-anak kita sangat rentan terhadap penyakit tuberkulosis yang akan berdampak pada kualitas kehidupan mereka di masa depan. Begitu juga dengan polio yang menyebabkan kelumpuhan dan difteri yang bahkan bisa menyebabkan kematian.
Narasumber pada pertemuan ini adalah tigo tungku sajarangan, Dalam sebuah nagari di Sumatera Barat, dibentuk Kerapatan Adat Nagari (KAN), yakni lembaga yang beranggotakan tungku tigo sajarangan. Tungku tigo sajarangan merupakan perwakilan anak nagari yang terdiri dari alim ulama, cerdik pandai (kaum intelektual) dan niniak mamak (pemimpin suku-suku dalam nagari). Keputusan penting yang akan diambil selalu dimusyawarahkan antara wali nagari dan tungku tigo sajarangan.

Kadinkes bersama Syamsiri Malin Mulie (LKAAM Sumbar)
Ninik Mamak yang diwakili oleh Sekretaris LKAAM, Syamsiri Malin Mulie bahwa Struktur Lembaga Kerapatan Adat Alam Minangkabau (LKAAM) berbentuk hierarkis vertical, berurat tunggang di nagari dan berakar serabut di suku/kaum, berbatang di kecamatan, berdahan di Kabupaten/kota dan daerah rantau, serta berpucuk di Provinsi, bajanjang naiak batanggo turun. Dalam konteks ini, agenda masyarakat Sumatera Barat (Minangkabau) adalah bagaimana dapat menempatkan diri dalam dinamika perubahan yang begitu cepat dan mendasar. Imunisasi berangkat dari kearifan lokal dan tidak dipermasalahkan yang menjadi kebijakan daerah setempat. Imunisasi memberikan kekebalan dengan cara memasukkan vaksin ke dalam tubuh manusia, sehingga kita dapat tahan dari berbagai serangan penyakit,” tahan angek jo dingin. "Ninik mamak itu merupakan kehormatan dalam nagari. Mereka berjuang menegakkan kebenaran. Imunisasi adalah "TANGGUNG JAWAB NINIAK MAMAK DAN HAK ANAK KAMANAKAN"

Saat ini berkembang di tengah-tengah masyarakat kita mitos-mitos negatif seperti antara lain imunisasi menyebabkan anak cacat/meninggal atau bahkan melalui doktrin agama bahwa imunisasi haram seperti halnya yang dilakukan oleh kelompok ummu salamah yang memberikan ceramah, serta melalui media majalah dan buku-buku (majalah bekam, Deadly Mist, Bayang-Bayang Gurita) yang sudah beredar dibeberapa Kabupaten/Kota di Sumatera Barat. Hal ini tentu memberikan efek negatif terhadap program imunisasi di Provinsi Sumatera Barat. Isu ini telah berkembang hampir di seluruh Kabupaten/Kota. Akan tetapi ternyata, banyak diantara yang mengklaim bahwa imunisasi itu haram dan tidak efektif ternyata bukanlah ahli imunisasi. Imunisasi itu penting, karena bisa mencegah penyakit. Banyak kematian yang setiap hari bisa dicegah karena anak telah diimunisasi, demikian disampaikan oleh Dr. Iskandar Syarif, SpA(k) pada materinya yang berjudul Persepsi yang salah tentang imunisasi, mewakili cadiak pandai.

Buya Gusrizal Gazahar, tokoh ulama
yang sangat peduli terhadap imunisasi
Dari Alim Ulama, yang pada kesempatan ini disampaikan oleh Buya Gusrizal Gazahar, menyampaikan bahwa pada seluruh umat islam di Sumatera Barat, MUI menghimbau, bagi siapapun yang peduli pada kesehatan anak-anak kita, buah hati kita yang akan jadi generasi penerus, agar diberikan imunisasi dasar lengkap sebagai suatu tanggung jawab kita bersama, para ulama, MUI, lembaga fiqih internasional, mengatakan bahwa memberikan imunisasi sebagai tanggung jawab orang tua.


Saat menutup pertemuan, kepala Dinas Kesehatan, memohon dukungan dari para tokoh agama baik dari MUI, Muhammadiyah, Nahdatul Ulama, ormas Islam, jajaran Depag, Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota serta para tokoh adat  dan cendekia agar dapat memberikan masukan terhadap program imunisasi di Provinsi Sumatera Barat. untuk melindungi buah hati kita dari penyakit.




(DR. dr. Irene, MKM)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar