Selasa, 16 April 2013

Pertemuan Lintas Sektor dan Lintas Program Arbovirosis

Padang, 15 April 2013

Untuk mengantispasi meluasnya kasus Demam Berdarah Dangue (DBD) di Provinsi Sumatera Barat, Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Sumatera Barat (Sumbar) mengadakan pertemuan sosialisasi dan koordinasi Lintas Program dan Lintas Sektor Arbovirosis (DBD dan Chikungunya), yang bertempat di Hotel Rocky Padang, Senin, 15 April 2013. 

Hadir dalam pertemuan tersebut 90 orang peserta yang berasal dari Bappeda, Dinas Kesehatan, Dinas Pendidikan, BPM dan TP PKK dari 19 kabupaten/kota se Provinsi Sumatera Barat. Dalam pertemuan itu membahas tentang situasi dan perkembangan DBD di Provinsi Sumatera Barat, serta upaya-upaya yang telah dan akan dilakukan dalam memberantas DBD. 

Di Provinsi Sumatera Barat kasus DBD ini pertama kali ditemukan pada tahun 1972 di kota padang, selama 10 tahun terakhir kasus itu masih dapat dibelenggu di Kota Padang. Seiring dengan perkembangan transportasi, mobilisasi, dll terjadi pengembangan ke kabupaten/kota lainnya. 


Sampai saat ini penyakit DBD masih menjadi masalah di Provinsi Sumbar. Angka kejadian kasus per 100.000 (IR) penduduk meningkat dari tahun ketahun. Pada tahun 2012, IR adalah 66,76 per 100.000 penduduk (sebanyak 3.158 kasus), akan tetapi walaupun IR masih meningkat, CFR menurun dari tahun ke tahun. CFR pada tahun 2010=0,63 (dari 3.158 kasus meninggal 20 kasus, target <1%). CFR ini merupakan indikator keberhasilan upaya penanggulangan kasus, bahwa penanganan kasus yang dilakukan di puskesmas dan rumah sakit sudah maksimal (target nasional = 1). Sementara peningkatan kasus sangat besar sekali dipengaruhi oleh perilaku masyarakat sehingga untuk menyelesaikan hal tersebut sangat penting sekali peran serta masyarakat dan berbagai sektor terkait, terutama dalam hal pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dengan 3M Plus. 

  • 3 M : Menguras : menguras tempat penyimpanan air, Menutup : menutup tempat penampungan air, Mengubur : membuang dan menutup barang bekas yang dapat menampung air, 
  • Plus: tidak menggantung pakaian, memelihara ikan, hindari gigitan nyamuk, membubuhkan abate, memasang kelambu saat tidur di malam hari. 

Dalam presentasinya Kabid PP dan Bencana Dinkes Sumbar menyampaikan bahwa harus dilakukan peningkatan penyuluhan untuk mendidik masyarakat untuk memahami bagaimana mencegah DBD yang efektif serta meningkatkan kerjasama stakeholder, agar semua pihak menyadari bahwa DBD adalah masalah bersama.tidak hanya di lingkungan rumah tapi juga di lingkungan sekolah dan tempat-tempat ibadah. Untuk menyelesaikan masalah ini Pemerintah Provinsi Sumatera Barat, beserta seluruh dinas/instansi dan komponen masyarakat, terus melakukan program pengendalian di seluruh kecamatan, namun masih bersifat parsial atau reduksionisme. Hal ini perlu disempurnakan dengan penerapan pendekatan sistem: berorientasi pada tujuan, secara holistik dan efektif. 

Kerjasama sektoral dalam rangka pengendalian DBD di antaranya ialah: 
  • Perlunya meningkatkan cakupan air bersih/minum meningkat (PDAM dan PU) 
  • Peningkatan rumah hunian sehat (Perumahan dan PU) 
  • Pengolahan limbah padat dan cair domestik (Bapedalda) 
  • Penyuluhan dan bimbingan teknis kesehatan lingkungan (Dinkes) 
  • Pengendalian populasi nyamuk Aedes aegypti (Bapedalda, Dinkes, Universitas) 
  • Pemberdayaan masyarakat (BPM, PKK) 
Kesemua hal diatas, tentunya akan dapat dilakukan jika adanya ketersediaan dana, akan tetapi sampai saat ini hanya ada 3 kabupaten kota yang menganggarkan dana untuk DBD (sesuai hasil Musrenbang), yaitu Kabupaten Tanah Datar, Kabupaten Pasaman Barat dan Kota Padang, demikian paparan Kabid Sosial Budaya Bappeda Prov. Sumbar, Drs. Yulius Honesti, M.Si 

Pemantauan jentik menggunakan system dasa wisma perlu di aktifkan kembali, PKK dengan kader yang sampai ke desa dan nagari akan mengambil peran disini, papar TP PKK Provinsi Sumbar. 

Selain itu perlu memantapkan dan meningkatkan dukungan dan peran eksekutif (pimpinan daerah, sektoral, tokoh masyarakat ) terhadap upaya pemberdayaan masyarakat dalam pencegahan dan penanggulangan penularan nyamuk dengan pengelolaan lingkungan. Pemberdayaan masyarakat dalam penanganan masalah pemberantasan sarang nyamuk menjadi sangat penting, karena seluruh lapisan masyarakat pada dasarnya memiliki kewajiban bersama pemerintah untuk melakukan berbagai upaya untuk menanggulanginya. Keikutsertaan masyarakat dalam penanganan masalah pemberantasan nyamuk penyebab penyakit (arbovirosis) akan lebih efektif apabila dilaksanakan melalui usaha pemberdayaan dengan bermuara dan bertumpu pada kemampuan sumber daya setempat, demikian disampaikan Hj. Zenita Adriati,SH.M.Pd Kabid PASBUD MAS BPM Provinsi Sumbar. 

Prof. Dra. Nusulia Irawati, MS memaparkan bahwa nyamuk jantan akan mati setelah 2 kali kopulasi (membuahi), nyamuk jantan akan menemani nyamuk betina untuk mencari manusia yang akan dihisap darahnya untuk pematangan telur. Biasanya nyamuk Aedes sp. Ini akan menghisap darah pada pagi dan sore hari, akan tetapi perilaku hidup nyamuk ini sangat cepat sekali beradaptasi, jika tak ada manusia yang akan dihisap darahnya, maka dia akan terus mencari, oleh sebab itu kita harus paham juga perilaku nyamuk. 

Tak kalah menariknya seorang Kader Jumantik Mina Dewi Sukmawati menyampaikan bahwa dia melakukan semuanya karena melihat permasalahan ini selalu terjadi dan terus berulang tetapi tidak ada solusi yang tepat. Himbauan ataupun propaganda selalu dilakukan oleh Dinas terkait, tetapi saya melihat tidak begitu efektif. Kenapa?, setelah saya coba pelajari dan mencoba membawakan kepada diri sendiri, ternyata merubah prilaku tidak semudah mengajak orang untuk membaca saja, perlu adanya contoh dan tindakan kita dilapangan, itupun perlu waktu dan berulang-ulang. Sehingga ada penyadaran bagi masyarakat ketika kita berulang-ulang memberitahukan langsung dengan cara kerja dilapangan. Hal ini perlu orang- orang yang tangguh dan ikhlas dan serta mau bekerja dilapangan yaitu Jumantik. Mengapa jumantik? Karena Fogging tidak efektif memberantas sarang nyamuk sebab hanya membunuh nyamuk dewasa saja. Sementara jumantik dapat membasmi langsung telur dan jentiknya.Selama ini penyakit yang di sebabkan oleh nyamuk selalu rutin terjadi bahkan menjadi agenda Nasional berjangkitnya wabah DBD. Dan kerana wilayah saya adalah daerah Endemic oleh sebab itu maka terfikir oleh saya untuk membentuk kader jumantik secara mandiri di kelurahan saya. 

Prinsip pokok yang perlu dijadikan pedoman dalam pengendalian DBD adalah bahwa: 
  1. pengendalian penyakit DBD adalah bagian integral dari program pembangunan kesehatan oleh karena itu perlu ditangani secara lintas program dan lintas sektoral di semua tingkat administrasi pemerintahan dengan dukungan partisipasi aktif seluruh masyarakat 
  2. pengendalian penyakit DBD diselenggarakan dalam kerangka desentralisasi untuk mewujudkan otonomi daerah bidang kesehatan oleh karena itu pengendalian DBD perlu diarahkan kepada perwujudan kemampuan daerah dan masyarakat untuk mengelola dirinya sendiri dan pengembangan upaya kesehatan bersumber masyarakat hingga tercapai tujuan: 
    • bebas penyakit DBD 
    • kenyamanan/ ketenteraman masyarakat meningkat, dan 
    • produktivitas masyarakat meningkat 
  3. pengendalian penyakit DBD hendaknya berfokus pada faktor-faktor kesehatan lingkungan, kependudukan, layanan kesehatan, dan vektor penyakit DBD. 
Acara diakhiri dengan bersama menyanyikan lagu ciptaan Kader Dewi….


SI HITAM PUTIH YANG NAKAL 
By. mds 



Mari kawan …Kita jaga lingkungan 

Agar bersih dan sehat selalu 
Tempatkan sampah sesuai jenisnya 
Dan Jangan di buang sembarangan 

Ayo kawan semua 
kita berantas nyamuk 
si belang hitam putih yang nakal 
agar kita tak terjangkit penyakit DBD 
lakukan gerakkan 3 M Plus 

menutup plak plak 
mengubur plak plak 
menguras sarang dan jentiknya

(Posted by: DR. dr. Irene, MKM)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar