Senin, 08 April 2013

Pencanangan HKS 2013 Provinsi Sumatera Barat

Padang, 6 April 2013

Pemukulan Gong menandai
"Gerakan Sepekan Ukur Tensi Sumbar"
 Bermitra dengan PDPI Provnsi Sumatera Barat (6/4), dalam acara PIR 2013 dalam rangka peringatan TB Days 2013, DIneas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat melakukan pencanangan "Gerakan Sepekan Ukur Tensi di Provinsi Sumatera Barat". Hadir pada kesempatan tersebut Prof. dr. Tjandra Yoga Aditama, Sp(K), MARS, DTM&H, DTCE, Dirjen P2PL Kementerian Kesehatan yang menandai dimulainya sepekan ukur tensi dengan pemukulan gong dan melakukan pengukuran tensi secara simbolis pada Prof. dr. Taufik, SpP(k), guru besar paru di Provinsi Sumatera Barat.

Hari Kesehatan Sedunia diperingati setiap tanggal 7 April, dimaksudkan untuk menandai didirikannya
Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization) pada tahun 1948. Setiap tahun dipilih tema khusus yang mengangkat masalah Kesehatan Masyarakat di dunia. Peringatan Hari Kesehatan Sedunia (HKS) tahun 2013 mengambil tema HIPERTENSI, dengan tujuan menarik perhatian dunia pada dampak dan tantangan kesehatan akibat hipertensi di masyarakat, dengan fokus pada bagaimana gaya hidup sehat dapat mencegah terjadinya hipertensi dan memperpanjang harapan hidup manusia.

Hipertensi biasanya tidak memperlihatkan gejala apa pun selama bertahun-tahun atau bahkan beberapa dasawarsa dan tanda peringatan dini penting akan lewat tanpa perhatian. "Tujuan kita hari ini ialah membuat orang menyadari perlunya untuk mengetahui tekanan darah mereka, memberi perhatian serius pada tekanan darah tinggi, kemudian melakukan pemantauan," kata Prof. dr. Tjandra Yoga Aditama, Sp(K), MARS, DTM&H, DTCE, Dirjen P2PL Kementerian Kesehatan saat mencanangkan "Gerakan Sepekan Ukur Tensi Provinsi Sumatera Barat". Beliau menekankan bahwa mengetahui tingkat tekanan darah adalah langkah penting pertama untuk mencegah serta mengendalikan hipertensi.

Ditandai dengan Pengukuran Tekanan Darah
 oleh Pak Dirjen
Tekanan darah tinggi (hipertensi) yang tidak diobati dapat menyebabkan komplikasi yang fatal, seperti serangan jantung, stroke dan gagal ginjal. Hipertensi juga dapat menyebabkan kebutaan, irama jantung tak beraturan dan gagal jantung. Namun demikian, masih banyak orang yang tidak memahami bahaya ini, bahkan sebagian besar orang tidak mengetahui dirinya mengidap hipertensi, karena seringkali tidak bergejala. Oleh karenanya hipertensi juga dikenal sebagai “silent killer”. 

Kematian akibat Penyakit Tidak Menular (PTM) di Indonesia cenderung mengalami peningkatan. Proporsi angka kematian akibat PTM meningkat dari 41,7% pada tahun 1995 menjadi 60% pada tahun 2007. Data Riskesdas 2007 menunjukan PTM mendominasi 10 urutan teratas penyebab kematian pada semua kelompok umur, dengan STROKE yang merupakan komplikasi hipertensi sebagai penyebab kematian nomer satu. 

Dari berbagai survei didapatkan dalam sepuluh tahun terakhir prevalensi hipertensi di Indonesia meningkat secara bermakna. Pada tahun 1995 satu dari sepuluh orang berusia 18 tahun keatas menderita hipertensi, meningkat menjadi satu dari tiga pada tahun 2007. Perempuan memiliki prevalensi hipertensi sedikit lebih tinggi daripada laki-laki. Peningkatan prevalensi hipertensi, menjadi ancaman serius bagi pembangunan kesehatan Indonesia, karena disamping mengakibatkan mortalitas dan morbiditas yang tinggi juga mahalnya biaya pengobatan yang harus diberikan sepanjang hidup, sehingga berpotensi mengancam pertumbuhan ekonomi nasional. Padahal hipertensi dapat dicegah dan dikontrol. 

Hipertensi diperkirakan memengaruhi lebih dari satu dari tiga orang dewasa usia 25 tahun ke atas atau sekitar satu miliar orang di seluruh dunia. Penyakit itu mengakibatkan hampir 9,4 juta kematian akibat serangan jantung dan stroke setiap tahun.

Menurut laporan tersebut "A Global Brief on Hypertension silent killer, global public health crisis", yang dikeluarkan oleh WHO pada Rabu, Afrika menghadapi prevalensi hipertensi tertinggi, 46 persen orang dewasa yang berusia 25 tahun dan lebih , sementara negara-negara Amerika paling rendah, 35 persen.

Berkat kebijakan masyarakat yang tepat dan akses lebih baik ke perawatan kesehatan, negara dengan penghasilan tinggi memiliki prevalensi hiperteni lebih rendah, 35 persen, dibandingkan dengan negara yang berpenghasilan rendah dan menengah.

Pencegahan dan pemantauan hipertensi memerlukan upaya dari pemerintah dan pembuat kebijakan, dan pekerja kesehatan, masyarakat peneliti akademis, masyarakat sipil, sektor swasta dan keluarga serta per orangan, semuanya, memili peran untuk mereka mainkan, kata laporan tersebut.

Tema Hari Kesehatan Dunia 2013 adalah tanggapan bagi Deklarasi Politik PBB mengenai Penyakit yang Tidak Menular, yang disahkan pada 2011. Berdasarkan kesepakatan itu, semua negara diminta memberi tekanan lebih besar pada upaya mendorong aksi kesadaran masyarakat untuk meningkatkan pencegahan dan pemantauan penyakit yang tidak menular seperti sakit jantung dan stroke, kata organisasi kesehatan dunia tersebut. 

Kemitraan, menjadi kunci keberhasilan dalam upaya penanganan masalah hipertensi. Oleh karenanya, diperlukan upaya untuk mendapatkan komitmen antara pemerintah pusat, pemerintah daerah, organisasi kemasyarakatan, swasta, organisasi internasional dalam mengatasi masalah hipertensi di Indonesia.

(DR. dr. Irene, MKM)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar