Senin, 13 Februari 2012

Pilot Project Deteksi Dini Gangguan Kognitif Akibat Gangguan Vaskuler Otak

Keberhasilan pembangunan antara lain ditandai dengan meningkatnya harapan hidup yang pada akhirnya mengakibatkan peningkatan jumlah usia lanjut diperkiraan berjumlah 19,5% pada tahun 2010. Selain itu, perubahan gaya hidup menyebabkan penyakit yang digolongkan pada penyakit tidak menular yang paling banyak menyebabkan kecacatan dan kenaikan angka hipertensi dan stroke. Bertambahnya usia menyebabkan meningkatnya prevalensi penyakit degeneratif pada berbagai organ seperti otak, jantung, pembuluh darah, ginjal, paru pembuluh darah, dan penyakit-penyakit lain.

Pemulihan fungsi kognitif merupakan salah satu gejala pada seseorang dengan kerusakan otak biasanya mengalami gangguan persepsi, atensi, konsentrasi, bahasa, memori, emosi dan reasoning, sehingga seseorang akan mengalami gangguan pemecahan masalah, pengambilan keputusan, penglihatan, gangguan komunikasi, gangguan mobilisasi, pemeliharaan diri dll atau lebih sering disebut dengan gangguan vaskuler.

Kesehatan Intelegensia adalah salah satu upaya kesehatan dilakukan dengan tujuan untuk memelihara, meningkatkan dan mengembangkan fungsi otak sebagai pusat berbagai kecerdasan atau intelegensia agar tetap optimal, berdaya guna pada setiap tahap kehidupan melalui kegiatan preventif, promotif, kuratif dan rehabilitatif. Dalam rangka menanggulangi masalah kesehatan inteligensi akibat gangguan vaskularisasi otak maka

Upaya pengembangan kesehatan inteligensia dapat dilakukan salah satunya dengan cara meningkatan kompetensi tenaga kesehatan, dalam hal ini adalah dokter, perawat dan fisioterapis di Indonesia untuk melakukan deteksi dini gangguan kognitif akibat gangguan vaskuler pada usia lanjut khususnya.

Dalam rangka mendukung upaya tersebut di atas, maka perlu dilaksanakan program peningkatan kompetensi tenaga kesehatan dalam pelaksanaan pilot project deteksi gangguan kognitif akibat gangguan vaskuler, dengan harapan dapat meningkatkan kualitas hidup usia lanjut. 

Pusat intelegensia kesehatan dalam hal ini memilih Provinsi Sumatera sebagai pilot project. Pada tanggal 2-4 Februari 2012 telah dilakukan Lokakarya dan 6-8 Februari 2012 dilakukan TOT untuk kepentingan tersebut.Kegiatan ini bertujuan untuk melakukan identifikasi masalah dalam menyusun acuan yang digunakan untuk melatih tenaga kesehatan agar dapat melakukan penilaian dan penanganan dalam rangka penanggulangan masalah kesehatan inteligensia pada usia lanjut.

Adapun tujuan dari pilot project ini adalah teridentifikasi masalah-masalah dalam mempersiapkan sarana dan prasarana Rumah Sakit pilot project deteksi dini gangguan kognitif pada usia lanjut akibat gangguan vaskuler otak. Dengan tujuan akhir kegiatan ini adalah tersedianya model layanan deteksi Dini gangguan kognitif pada usia lanjut akibat gangguan vaskuler otak dan tersedianya dokter dan neurolog terlatih untuk melakukan deteksi dini gangguan kognitif pada usia lanjut akibat gangguan vaskuler otak di lokasi pilot project. 

(DR. dr. Irene, MKM)

Kamis, 02 Februari 2012

Stop Buang Air Besar Sembarangan Edisi 2



Arti daripada deklarasi Stop Buang Air Besar Sembarangan, sesungguhnya adalah bebas dari suatu keadaan yang selama berhari hari, berbulan bulan bahkan bertahun lamanya merugikan masyarakat, akibat pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh perilaku masyarakat dalam membuang kotoran di sembarang tempat. Masyarakat Kabupaten Agam semenjak diperkenalkan dan mengikuti secara aktif dengan program Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (PAMSIMAS), telah membuktikan mampu merubah “perangai” atau kebiasaan yang tidak sehat yaitu Buang Air Besar Sembarangan (BABS) menjadi BAB hanya di jamban yang sehat.

Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (PAMSIMAS)

Sudah menjadi tekad pemerintah Indonesia untuk mencapai Tujuan Pembangunan Milenium, yaitu menurunnya jumlah penduduk yang belum mempunyai akses air minum dan sanitasi dasar sebesar 50% pada tahun 2015. Berdasarkan UU No.32/2004 dan UU No.33/2004, maka pemerintah daerah bertanggungjawab penuh untuk memberikan pelayanan dasar kepada masyarakat di daerahnya masing-masing, termasuk pelayanan air minum dan sanitasi. 

Program WSLIC-3/PAMSIMAS merupakan salah satu program dan aksi nyata pemerintah (pusat dan daerah) dengan dukungan Bank Dunia, untuk meningkatkan penyediaan air minum, sanitasi, dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat terutama dalam menurunkan angka penyakit diare dan penyakit lainnya yang ditularkan melalui air dan lingkungan.

Ada 5 komponen kegiatan di dalam Program Pamsimas, (1) Pemberdayaan Masyarakat dan Pengembangan Kelembagaan Lokal; (2) Peningkatan Kesehatan dan Perilaku Higienis dan Pelayanan Sanitasi; (3) Penyediaan Sarana Air Minum dan Sanitasi Umum; (4) Insentif untuk Desa/Kelurahan dan Kabupaten/Kota; dan (5) Dukungan Pelaksanaan dan Manajemen Proyek.

Untuk penyiapan dan implementasi pembangunan sarana air minum dan sanitasi umum di masyarakat dan sekolah, terdiri dari pembangunan sarana air minum untuk wilayah perdesaan atau sarana sanitasi komunal untuk wilayah pinggiran kota, dan sarana sanitasi sekolah.

Selanjutnya, untuk memastikan program penyediaan air minum, sanitasi, dan kesehatan berbasis masyarakat efektif dan berkelanjutan, perlu melibatkan seluruh masyarakat (perempuan, laki-laki, kaya dan miskin) dan dilakukan melalui pendekatan yang tanggap terhadap kebutuhan masyarakat. Tanggap terhadap kebutuhan berarti bahwa proyek menyediakan sarana dan kegiatan-kegiatan yang masyarakat inginkan, Masyarakat pun bersedia untuk berkontribusi, terutama dalam mengelola dan memelihara sehingga terbentuk rasa memiliki.

Tujuan program Pamsimas adalah untuk meningkatkan akses layanan air minum dan sanitasi bagi masyarakat miskin perdesaan khususnya masyarakat di desa tertinggal dan masyarakat di pinggiran kota. Sasaran program ini adalah kelompok miskin di perdesaan dan pinggiran kota yang memiliki prevalensi penyakit terkait air yang tinggi dan belum mendapatkan akses layanan air minum dan sanitasi.

Dalam upaya masyarakat bisa mendapatkan akses pelayanan air minum, pemerintah Indonesia masih memberikan bantuan untuk pembangunan fisiknya. Sedangkan untuk akses sanitasi dasar, seperti jamban keluarga, sudah tidak lagi dibantu, karena hal ini dimaksudkan menanamkan rasa tanggung jawab terhadap kelestarian lingkungan, dari pencemaran kotoran manusia yang dibuang secara sembarangan.

Untuk peningkatan kesehatan, Perilaku Hidup Bersih dan Sehat, dan layanan sanitasi, pemerintah telah melaksanakan kegiatan-kegiatan yaitu: dukungan pelaksanaan program STBM (Sanitasi Total Berbasis Masyarakat); program marketing sanitasi (menciptakan permintaan dan menguatkan pasar lokal dalam merespon permintaan improved sanitation), promosi perilaku hidup bersih dan sehat; peningkatan sanitasi dan kesehatan di sekolah; promosi kebersihan dan kesehatan lingkungan serta monitoring target pemberian layanan air minum dan sanitasi MDGs kabupaten/kota

Seiring dengan peningkatan akses pelayanan sanitasi, melalui PAMSIMAS, Pencapaian kinerja air minum dan sanitasi mendapat penilaian yang cukup memuaskan dari Bank Dunia. Keberhasilan tersebut, secara umum karena adanya faktor pendukung, diantaranya sebagai berikut dibawah ini:
  • Adanya komitmen Dinas Kesehatan Kota dan Kabupaten 
  • Fasilitasi oleh Tenaga Dinas Kesehatan Kabupaten dan Kota dan Kerjasama dengan LSM lokal 
  • Peran fasilitator regular dan keberlanjutan 
  • Peran kelompok ibu-ibu, pemuda dan anak 
  • Peran pemuka agama dan adat 
  • Kegiatan di masyarakat, yang bersifat advokasi, seperti media komunikasi, khotbah Jumat, sticker dan pesan PHBS di sudut-sudut desa, sekolah
Data Jumlah desa Stop BABS di Provinsi Sumatera Barat, sampai tahun 2011 tercatat 643 desa PAMSIMAS se Provinsi Sumbar dan yang telah SBS adalah 127 desa (19,75%)

(DR. dr. Irene, MKM)