Rabu, 25 Januari 2012

Demam Berdarah ... Again and Again

Suatu hari disaat saya lagi menunggu pembukaan acara Pertemuan Tuberkulosis di Best Western Solo, saya bertemu dengan Dr. Iwan Mulyono, MPH (seseorang yang telah menginspirasi saya untuk membuat Blog ini.... Thanks Bapak).

Jumantik vs Juminten

Kami mulai bercerita ngalor ngidul (untung ga ampe ngiler ^_^), sampai akhirnya beliau bercerita bahwa pada suatu hari disaat beliau masih menjabat sebagai Kepala Dinas Jawa Timur, seorang Jumantik mendatangi rumah beliau untuk memeriksa jentik. Juminten di rumah beliau marah-marah, "Ini rumah kepala dinas, ga ada jentik tau". Jumantiknya berkata bahwa dia ga akan memeriksa kamar mandinya pak Kepala Dinas, tetapi akan memeriksa kamar mandi kamu. Lha ternyata emang bener, ada jentiknya...

Cerita beliau mengingatkan saya bahwa suatu saat rumah saya kedatangan seorang Jumantik, Juminten saya dengan pandangan curiga memandang dari ujung rambut sampai ke ujung kaki. Saya sengaja hanya mengamati saja kejadian tersebut. Dengan tegasnya Juminten saya berkata, "Tidak bisa masuk ke rumah ini, karena Ibu sedang tak ada". Setelah itu dengan bangganya di berkata kepada saya, "Bu, tadi ada orang datang, ngaku-ngakunya sih Jumantik, tapi mukanya kayak Perampok bu, jadi sudah saya usir". Saya jadi tersenyum sendiri mengingat itu....

Demam Pelana Kuda

Penyakit yang bisa merenggut nyawa adalah penyakit yang benar-benar berbasis lingkungan dan perilaku. Jika kita lihat, angka kematian terhadap penyakit ini terus menurun dari tahun ke tahun, hal ini membuktikan bahwa sektor kesehatan sudah berupaya sangat optimal untuk menangani kasus. Kenapa masih ada yang meninggal, biasanya disebabkan karena terlambat datang ke pelayanan kesehatan.

Tanda dan Gejala Penyakit DBD adalah demam dengan tanda-tanda perdarahan. Penyakit ini didahului oleh demam tinggi yang mendadak, terus menerus berlangsung 2-7 hari. Panas dapat turun pada hari ke-3 yang kemudian naik lagi, dan pada hari ke-6 atau ke-7 panas mendadak turun. Perdarahan ini terjadi di semua organ. Bentuk perdarahan dapat hanya berupa uji Tourniquet (Rumple Leede) positif atau dalam bentuk satu atau lebih manifestasi perdarahan sebagai berikut: Petekie, Purpura, Ekimosis, Perdarahan konjungtiva, Epistaksis, Pendarahan gusi, Hematemesis, Melena, dan Hematuri.
Kebiasaan masyarakat jika demam adalah mengobati diri sendiri, beli obat diwarung atau ke mbah dukun, pada hari ke-3 demam akan hilang pada pasien ini, mereka berpikir bahwa mereka telah sembuh dan sering datang ke sarana layanan kesehatan setelah kondisi parah bahkan syok, akan tetapi sarana layanan kesehatan sampai hari ini masih bisa mempertahankan dan angka kematiantak lebih dari 1%.

All Things About DBD

DBD adalah salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Sejak tahun 1968 jumlah kasusnya cenderung meningkat & penyebarannya bertambah luas. DBD sendiri sangat erat kaitannya dengan peningkatan mobilitas penduduk dan semakin lancarnya hubungan transportasi serta tersebar luasnya virus dengue dan nyamuk penularnya di berbagai wilayah di Indonesia. 

Menemukan kasus DBD secara dini bukanlah hal yang mudah, karena pada awal perjalanan penyakit gejala dan tandanya tidak spesifik, sehingga sulit dibedakan dengan penyakit infeksi lainnya. Penegakkan diagnosis DBD (secara klinis) sesuai dengan kriteria WHO, sekurang-kurangnya memerlukan pemeriksaan laboratorium, yaitu pemeriksaan trombosit dan hematokrit secara berkala. Sedangkan untuk penegakkan diagnosis laboratoris DBD diperlukan pemeriksaan serologis [uji HI (haemaglutination inhibition test)] atau ELISA (IgM/IgG) yang pada saat ini telah tersedia dalam bentuk dengue rapid test (misalnya dengue rapid strip test), PCR (polymerase chain reaction) atau isolasi virus.
Obat untuk membasmi virus dan vaksin mencegah DBD hingga saat ini belum tersedia. Pengobatan terhadap penderita DBD hanya bersifat simptomatis dan suportif. Penatalaksanaan penderita DBD berdasarkan perubahan utama yang terjadi pada penderita, yaitu adanya kerusakan sistem vaskuler dengan akibat meningkatnya permeabilitas dinding pembuluh darah. Keadaan ini menyebabkan terjadinya kebocoran plasma dengan berbagai akibatnya [renjatan/syok, anoksia, asidosis, DIC (disseminated intravascular coagulation)] dll. Dengan demikian pengobatan mencakup: pemberian cairan yang memadai, perbaikan perubahan asam-basa yang terjadi dan mengatasi komplikasi.
Tanda-tanda DBD:
  1. Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit yang ditandai dengan:
    • demam tinggi mendadak, tanpa sebab yang jelas, berlangsung terus-menerus selama 2-7 hari.
    • Manifestasi perdarahan (petekie, purpura, perdarahan konjungtiva, epistaksis, ekimosis, perdarahan mukosa, epistaksis, perdarahan gusi, hematemesis, melena, hematuri) termasuk uji Tourniquet (Rumple Leede) positif; 
    • Trombositopeni (jumlah trombosit ≤ 100.000/μl); 
    • Hemokonsentrasi (pe-ningkatan hematokrit ≥ 20%); dan 
    • Disertai dengan atau tanpa pembesaran hati (hepatomegali). 
  2. DBD pada umumnya menyerang anak-anak, tetapi dalam dekade terakhir ini terlihat adanya kecenderungan kenaikan proporsi pada kelompok umur dewasa. 
  3. Penyebab DBD adalah virus dengue yang sampai sekarang dikenal 4 serotipe (Dengue-1, Dengue-2, Dengue-3 dan Dengue-4), termasuk dalam group B Arthropod Borne Virus (Arbovirus). 
  4. Masa inkubasi DBD biasanya berkisar antara 4-7 hari. 
  5. Penularan DBD umumnya melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti meskipun dapat juga ditularkan oleh Aedes albopictus yang biasanya hidup di kebun-kebun. Nyamuk penular DBD ini terdapat hampir di seluruh pelosok Indonesia, kecuali di tempat-tempat dengan ketinggian lebih dari 1000 meter di atas permukaan laut. 
Kito Bunuah Rangik Damam Badarah Atau Kito Dibunuahnyo


Itu adalah slogan dari kegiatan COMBI (Communication For Behavioral Impact) yang telah dilaksanakan di Provinsi Sumatera Barat 2 tahun lalu. Kegiatan ini adalah suatu upaya untuk pengerakan masyarakat, melalui proses pemberdayaan, sesuai dengan sosial budaya masyarakat, suatu kegiatan Dari, Oleh dan Untuk Masyarakat sehingga masyarakat mampu melakukan pencegahan DBD dengan PSN (Pemberantasan Sarang Nyamuk) dengan 3M Plus (Menguras, Menutup, Mengubur) Plus Membersihkan Lingkungan.

Dalam upaya peningkatan partisipasi masyarakat, disusun media penyuluhan dalam bahasa setempat, yang dibuat bersama-sama dengan masyarakat. Kegiatan ini didahului dengan suatu survei yang dilakukan untuk melihat kebutuhan masyarakat.

Tempat perkembang-biakan utama nyamuk penular DBD adalah tempat-tempat penampungan air (TPA) berupa genangan air yang tertampung disuatu tempat atau bejana di dalam atau sekitar rumah atau tempat-tempat umum, tidak melebihi jarak 500 meter dari rumah. 

Jenis tempat perkembang-biakan adalah :
  • TPA untuk keperluan sehari-hari, seperti: drum, tangki reservoir, tempayan, bak mandi/wc, dan ember. 
  • TPA bukan untuk keperluan sehari-hari seperti: tempat minum burung, vas bunga, perangkap semut dan barang-barang bekas (ban, kaleng, botol, plastik dan lain-lain). 
  • TPA alamiah seperti: lobang pohon, lobang batu, pelepah daun, tempurung kelapa, pelepah pisang dan potongan bambu. 
Keistimewaan nyamuk ini adalah tidak dapat berkembang biak di genangan air yang langsung berhubungan dengan tanah. 

Yang menggigit adalah nyamuk betina, biasanya nyamuk betina mencari mangsanya pada siang hari. Aktivitas menggigit biasanya mulai pagi sampai petang hari, dengan 2 puncak aktifitas antara pukul 09.00-10.00 dan 16.00-17.00 WIB. Aedes aegypti mempunyai kebiasaan mengisap darah berulang kali (multiple bites) dalam satu siklus gonotropik, untuk memenuhi lambungnya dengan darah, sehingga sangat efektif sebagai penular penyakit. 

Setelah mengisap darah, nyamuk ini hinggap (beristirahat) di dalam atau kadang-kadang di luar rumah berdekatan dengan TPA. Biasanya di tempat yang agak gelap dan lembab, disana nyamuk menunggu proses pematangan telurnya. Setelah beristirahat dan proses pematangan telur selesai, nyamuk betina akan meletakan telurnya di dinding TPA, sedikit di atas permukaan air. Pada umumnya telur akan menetas menjadi jentik dalam waktu ±2 hari setelah telur terendam air. Setiap kali bertelur nyamuk betina dapat mengeluarkan telur sebanyak 100 butir. Telur itu di tempat yang kering (tanpa air) dapat bertahan berbulan-bulan pada suhu -2ºC sampai 42ºC, Bila tempat-tempat tersebut kemudian tergenang air atau kelembabannya tinggi maka telur dapat menetas lebih cepat.

Lalu, tanggung jawab siapa??


Kematian telah menurun dari tahun ketahun. Tapi kemudian, apakah petugas kesehatan bisa membuat orang tidak digigit nyamuk sehingga tak sakit?

Dapat diilustrasikan jika seorang ibu pulang dari pasar dan kehausan, ibu tersebut membeli 1 gelas aqua, selesai minum gelas aqua dibuang begitu saja, hujan datang gelas berisi air dan nyamuk meletakan telur disana, Telur yang diletakan biasanya berkisar 100 butir dan 2 hari kemudian telur tersebut telah menetas menjadi nyamuk. Nyamuk itu tidak akan terbang jauh, hanya berkisar 500 meter. Jadi yang akan digigit adalah orang-orang disekitar tempat tersebut.

Lalu siapa yang bertanggung jawab. Petugas kesehatan?? Atau Kepala Dinas Kesehatan?? Tentu tidak. Yang akan bertanggung jawab adalah masyarakat sendiri. jaga kebersihan lingkungan melalui 3M Plus, Masyarakat harus melakukan kegiatan pemutusan rantai perkembang biakan nyamuk dengan cara membersihkan lingkungan di sekitar perumahan. Terutama ditujukan terhadap tempat-tempat perkembangbiakan nyamuk seperti kontainer yang ada di dalam rumah seperti bak mandi, wc, bejana tempat penampungan air, vas bunga dan sebagainya dan kontainer yang ada di luar rumah dengan cara mengubur benda-benda yang bisa menampung air sehingga bisa digunakan oleh nyamuk Ae. aegypti untuk bertelur seperti ban bekas, kaleng bekas talang air dan sebagainya. Kegiatan ini lebih dikenal dengan istilah 3M (Menguras, Menutup dan Mengubur). Kegiatan ini akan lebih efektif bila dilakukan secara massal, berupa gerakan di tengah-tengah masyarakat. 

Melalui kegiatan COMBI, dilakukan lima aksi terpadu, yaitu 1) Mobilisasi administrasi/humas/advokasi, 2. Mobilisasi masyarakat, 3. Advertensi, 4. Penjualan Pribadi/Komunisasi Perseorangan dan Point pada Layanan Promosi Kesehatan)

DR. dr. Irene, MKM







Tidak ada komentar:

Posting Komentar