Minggu, 11 Maret 2012

Buku Pedoman TB Day 2011

Buku Juklak Pamsimas 2012

Peringatan Hari Kusta Sedunia Tahun 2012 Provinsi Sumatera Barat Di Nagari 1000 Menhir

Hari Kusta Sedunia diperingati pada hari Minggu terakhir bulan Januari. Hal ini dijadikan momentum untuk mengingatkan bahwa Orang Yang Pernah Mengalami Kusta memerlukan perhatian seluruh masyarakat.

Pada tahun ini Peringatan Hari Kusta Sedunia mengangkat tema ‘Berdayakan orang yang pernah mengalami kusta agar mandiri’, dan sub tema ‘Mari dukung orang yang pernah mengalami kusta agar menjadi sehat dan sejahtera’ dan ‘Hapus diskriminasi terhadap orang yang pernah mengalami kusta dalam layanan publik’.

“Diskriminasi dialami Orang Yang Pernah Menderita Kusta (OYPMK) dalam bentuk penolakan di sekolah, di tempat kerja, dan dalam mendapatkan pekerjaan. Lebih memprihatinkan lagi adalah, mereka juga ditolak di layanan kesehatan. Seperti penduduk Sumatera Barat lainnya, orang yang pernah mengalami kusta berhak mendapatkan pelayanan di Puskesmas, di Rumah Sakit, di fasilitas kesehatan apa pun dan di bagian mana pun di wilayah Sumatera Barat" tegas Kepala Dinas Kesehatan, Dr. Hj. Rosnini Savitri, MKes.

Saat ini Indonesia masih menjadi penyumbang kasus baru kusta nomor 3 di dunia setelah India dan Brasil. Pada tahun 2010, Indonesia melaporkan 17.012 kasus baru dan 1.822 atau 10,71% di antaranya, ditemukan sudah dalam keadaan cacat tingkat 2 (cacat yang tampak). Selanjutnya, 1.904 kasus (11,2%) adalah anak-anak. Keadaan ini menunjukkan, penularan penyakit kusta masih ada di masyarakat dan keterlambatan penemuan kasus masih terjadi.

Sumatera Barat telah mencapai eliminasi kusta pada tahun 1998, namun kasus kusta dari tahun ke tahun tetap bermunculan. Sumatera Barat termasuk Daerah Low Endemik Kusta. Pada Tahun 2010, Angka Kasus Cacat Tingkat 2 (9.6%) dan Kasus Anak (10,8%) menunjukkan bahwa kinerja dalam penemuan kasus masih harus perlu ditingkatkan, demikian juga dengan Case Holding dari kusta setelah kasus ditemukan.

Kepada Dinas Kesehatan menyampaikan, beban penyakit kusta di Sumatera Barat masih ada. Walaupun jumlah kasus yang ditemukan relatif sedikit, dan kecacatan yang diakibatkannya masih sering terjadi. Oleh karena itu seluruh jajaran Dinas Kesehatan dan seluruh jajaran lintas sektor terkait bersama seluruh organisasi profesi kesehatan, LSM dan seluruh lapisan masyarakat harus bekerja keras, bekerja cerdas, dan berpikir keras untuk mengatasi berbagai hambatan dan tantangan dalam mengendalikan kusta. Hal ini dilakukan untuk mencapai target global yang dimuat dalam Enhanced Global Strategy for Further Reducing the Disease Burden due to Leprosy 2011-2015.

“Kita juga harus menurunkan angka cacat tingkat 2 per 100.000 penduduk sebesar 35 % pada tahun 2015 dibandingkan dengan angka tahun 2010,” tambah Kadinkes. Kesetaraan, keadilan sosial, hak asasi dan pemberdayaan OYPMK adalah sesuatu yang harus segera disikapi, masalah yang ditimbulkan akibat berbagai kesejangan dan ketidakadilan ini, bukan masalah kesehatan semata, tetapi juga masalah sosial dan ekonomi. OYPMK yang sudah cacat seringkali tergantung secara fisik dan finansial kepada orang lain dan berisiko untuk berujung pada kemiskinan. 

Rangkaian Kegiatan Hari Kusta Sedunia di Provinsi Sumatera Barat

Peringatan Hari Kusta Sedunia Provinsi Sumatera Barat dipusatkan di Kecamatan Maek Kabupaten 50 Kota pada tanggal 3 Maret 2011. 

Tidak ada perkampungan kusta disini, disini hanya ada beberapa orang OYPMK dan beberapa penderita kusta, yang tidak diasingkan, walaupun beberapa diantara mereka tinggal ditempat yang terpisah, tetapi mereka masih tetap dipelihara dan diberi makan oleh keluarganya. Dalam pidatonya Kepala Dinas Kesehatan 50 Kota, dr. Prima Nofeki Syahrir mengucapkan terimakasih kepada seluruh petugas kesehatan di Puskesmas. Sudah banyak perubahan pada pasien-pasien cacat disini sejak diaktifkannya Kelompok Perawatan Diri disini.

Kabid P2 dan Bencana Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat, DR. dr. Irene, MKM menyampaikan pada sekitar 400 masyarakat yang hadir bahwa penderita kusta yang sudah minum obat itu tidak akan menularkan lagi, jadi mereka tidak boleh dikucilkan, ini adalah penyakit yang disebabkan oleh kuman bukan penyakit kutukan. Juga dipesankan kepada seluruh petugas puskesmas Maek, jika bertemu bercak, pikirkan "Apakah Itu Kusta", jangan lupa

Pada kesempatan ini juga dilakukan penyerahan bantuan sembako dan alas kaki pada penderita Cacat Kusta, dan melakukan RVS (Rapid Village Survei) pada penduduk yang mempunyai kelainan kulit dan dari hasil pemeriksaan, tidak ditemukan lagi kusta baru. Selain itu juga dilakukan deteksi dini faktor risiko PTM bagi semua masyarakat yang hadir.

Kegiatan lain yang dilaksanakan adalah :

1. Seminar Diagnostik dan Pencegahan Cacat Kusta yang diselenggarakan oleh Perdoski, 26 November 2011

2. KIE melalui Radio dan media cetak

3. Penyebaruasan dan pemasangan media (spanduk, selebaran, poster, dll)



Tim P2P Dinkes Provinsi Sumatera Barat dan Tim Dinkes 50 Kota serta staf Puskesmas Maek, menyempatkan mengunjungi Situs Purbakala Menhir yang terdapat didaerah tersebut seusai pelaksanaan acara puncak hari kusta. Sebuah pemandangan indah yang tak terlupakan.....
(DR. dr. Irene, MKM)

Aneka Lomba


Untuk Pekan MDGs tahun 2012 ini akan digelar beberapa lomba kreatifitas dan lomba untuk tenaga kesehatan.

Perlombaan ini ditujukan untuk meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap pencapaian MDGs. Semakin banyak yang peduli, maka Tujuan Pembangunan Milenium ini akan menjadi semakin dekat....

Lomba Kreatifitas Untuk Umum
  1. Lomba Mewarnai untuk anak Taman Kanak-Kanak 
  2. Lomba Menggambar untuk SD kelas 1-3
  3. Lomba Drama TB untuk SD kelas 4-6
  4. Lomba Menulis Esai untuk Tingkat SMU (kategori A) dan tingkat mahasiswa dan Umum (kategori B)
  5. Lomba menulis Fiksi untuk Tingkat SMU (kategori A) dan tingkat mahasiswa dan Umum (kategori B)
  6. Lomba Fotografi
  7. Lomba Poster MDGs 
  8. Lomba Poster HIV untuk siswa sekolah SLTP dan SLTA
  9. Lomba Presentasi Kreatif
  10. Lomba Teater MDGs
  11. Lomba Dance
  12. Lomba Penyuluhan Penyakit Malaria, HIV, TB pada Kader
Lomba Untuk Tenaga Kesehatan
  1. Lomba Juru Imunisasi Teladan
  2. Lomba Sanitarian Teladan
Siapakan diri anda dan ikut serta ya.

Press Release Pekan MDGs

Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat bekerjasama dengan berbagai pihak, akhirnya mengambil keputusan bahwa Pekan MDGS tahun 2012 akan dilaksanakan pada tanggal 13-19 April 2012 yang bertempat di Taman Budaya Provinsi Sumatera Barat.

Event ini digagas sebagai media kampanye agar seluruh lapisan masyarakat mengetahui apa itu Millenium Development Goals sehingga setiap orang akan mau berpartisipasi dalam mensukseskan poin kesepakatan MDGS 2015.

Ini merupakan event yang sangat penting, karena akan melibatkan masyarakat dari banyak sektor dan usia. Keikutsertaan mereka bisa dilihat dari penyelenggraan yang melibatkan banyak orang dari kepanitiaan, juga beberapa lomba yang dirancang untuk beberapa tingkat sekolah dan umum.

Selain acara seremonial seperti acara pembukaan, acara puncak dan penutupan, dalam rangkaian kegiatan ini akan melibatkan beberapa pelayanan kesehatan gratis, konsultasi gratis serta beberapa penyuluhan tentang kesehatan.

Acara puncak direncanakan akan dihadiri oleh menteri kesehatan dan akan mengundang menteri koordinator kesejahteraan masyarakat dan menteri dalam negeri.

Selain itu acara ini juga akan membuka stand pameran, pagelaran musik dan seni serta pemutaran film setiap hari dengan berbagai judul yang menarik. tentu saja semua akan membuka cakrawala dan pengetahuan para pengunjung.

Buku Pekan MDGs Rivisi 1

Sambutan Kadinkes

KATA SAMBUTAN 
KEPALA DINAS KESEHATAN PROPINSI SUMATERA BARAT

Mari kita Ucapkan Puji Syukur kepada Allah SWT, dan ucapan terima kasih kepada Pemerintah Republik Indonesia, Pemerintah Provinsi Sumatera Barat yang telah memberikan dukungan untuk melaksanakan Pekan Millenium Development Goals (Pekan MDGs) tahun 2012 pada tanggal 13-19 April 2012 bertempat di Taman Budaya Provinsi Sumatera Barat. 

Ini merupakan rangkaian acara yang digagas sebagai media kampanye agar semua pihak mengenal tentang Millenium Development Goals sehingga akan memberikan kemudahan dalam menjalankan program selanjutnya dan akhirnya bisa mensukseskan tujuan MDGs di tahun 2015.

Pekan MDGs tahun 2012 mengangkat tema “Melalui Pekan MDGs Kita Tingkatkan Kepedulian Terhadap Kesehatan” yang menjadi langkah strategis bagi kita semua untuk mengenal dan memperkenalkan kepada masyarakat luas agar mendukung program yang akan dilaksanakan. Ini juga menjadi media promosi yang efektif dan sebagai kegiatan tanggung jawab sosial, karena akan adabanyak kegiatan seperti penyuluhan kesehatan, pelayanan kesehatan, promo produk, seminar, perlombaan dan pagelaran seni serta Stand Pameran yang akan dihadiri oleh berbagai kalangan dan berbagai pihak.

Kami memberikan apresiasi yang tinggi untuk semua pihak yang mendukung terselenggaranya acara, dengan harapan ini bisa terlaksana dengan lancar dan baik sehingga bisa memberi manfaat bagi seluruh pihak yang terlibat dan masyarakat umumnya. Salam sukses.

Padang, Maret 2012 

KEPALA DINAS KESEHATAN 
 PROPINSI SUMATERA BARAT


Dr. Hj. Rosnini Savitri, MKes 

Sambutan Gubernur

KATA SAMBUTAN 
GUBERNUR PROPINSI SUMATERA BARAT 


Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas karunia yang diberikan kepada kita semua, dan ucapan terima kasih kepada Pemerintah Republik Indonesia yang telah memberikan dukungan untuk melaksanakan Pekan Millenium Development Goals (MDGs) tahun 2012 pada tanggal 13-19 April 2012 bertempat di Taman Budaya Propinsi Sumatera Barat.

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan mengamanatkan bahwa pembangunan kesehatan harus ditujukan untuk meningkatkan kesadaran, kamauan dan kemampuan hidup masyarakat yang setinggi-tingginya sebagai investasi bagi pembangunan sumberdaya masyarakat. Pembangunan Kesehatan juga tidak terlepas dari komitman Indonesia sebagai warga masyarakat dunia untuk mencapai Millenium Development Goals. 

Tema Pekan MDGs tahun 2012 adalah “Melalui Pekan MDGs Kita Tingkatkan Kepedulian Terhadap kesehatan” merupakan rangkaian acara yang digagas sebagai media kampanye agar semua pihak mengenal tentang Millenium Development Goals sehingga akan memberikan kemudahan dalam menjalankan program selanjutnya dan akhirnya bisa mensukseskan tujuan MDGs tahun 2015. Pekan MDGs diharapkan dapat menjadi langkah strategis bagi kita semua untuk mengenal dan memperkenalkan MDGs kepada masyarakat luas sehingga mendukung program dapat terlaksana dengan baik.

Saya menghimbau agar semua pihak mau berpartisipasi dalam kegiatan Pekan MDG’s ini dan bisa menjadikan event ini sebagai langkah strategis bagi masing-masing pihak yang terlibat. Terima kasih atas bantuan dan partisipasi semua pihak, dan bersama-sama dengan do’a dan usaha kita sukseskan MDG’s 2015. Sumatera Barat Sejahtera.
Padang, Maret 2012 

GUBERNUR PROPINSI SUMATERA BARAT 

IRWAN PRAYITNO

Logo Pekan MDGs


Logo Pekan MDGs tahun 2012 ini didesain oleh Didiek Sapta Hadi yang saat ini merupakan Mahasiswa dari UPI-YPTK Padang, ide Logo Pekan MDGs dari Dr. Hj. Rosnini Savitri, MKes

Beberapa penjelasan yang dapat kita lihat bersama tentang Logo adalah:
  • Logo melambangkan secara umum sebuah Rumah Gadang yang dapat diartikan sebagai tempat penyelenggaraan Pekan MDGs tahun 2012 di Ranah Minang atau Provinsi Sumatera Barat.
  • Rumah Gadang Itu juga bisa diibaratkan dengan kondisi Sumatera Barat.
  • Gonjong yang mempunyai warna tiga buah yaitu hitam, merah dan kuning merupakan perwujudan dari marawa (bendera) Minangkabau yang kembali diartikan bahwa acara ini dilaksanakan di ranah Minang.
  • Kemudian tema pekan MDGs tahun 2012 tertera jelas dengan warna merah diartikan sebagai tujuan umum pelaksanaan pekan MDGs tahun 2012 dan warna merah diartikan dnegan semangat untuk mensukseskannya.
  • Beberapa Gambar tentang delapan pokok tujuan MDGs juga terlihat dan seolah-olah merupakan balok yang berbentuk badan rumah, bisa diartikan bahwa sumatera barat bertekad untuk mencapai tujuan MDGs 2015.

Senin, 13 Februari 2012

Pilot Project Deteksi Dini Gangguan Kognitif Akibat Gangguan Vaskuler Otak

Keberhasilan pembangunan antara lain ditandai dengan meningkatnya harapan hidup yang pada akhirnya mengakibatkan peningkatan jumlah usia lanjut diperkiraan berjumlah 19,5% pada tahun 2010. Selain itu, perubahan gaya hidup menyebabkan penyakit yang digolongkan pada penyakit tidak menular yang paling banyak menyebabkan kecacatan dan kenaikan angka hipertensi dan stroke. Bertambahnya usia menyebabkan meningkatnya prevalensi penyakit degeneratif pada berbagai organ seperti otak, jantung, pembuluh darah, ginjal, paru pembuluh darah, dan penyakit-penyakit lain.

Pemulihan fungsi kognitif merupakan salah satu gejala pada seseorang dengan kerusakan otak biasanya mengalami gangguan persepsi, atensi, konsentrasi, bahasa, memori, emosi dan reasoning, sehingga seseorang akan mengalami gangguan pemecahan masalah, pengambilan keputusan, penglihatan, gangguan komunikasi, gangguan mobilisasi, pemeliharaan diri dll atau lebih sering disebut dengan gangguan vaskuler.

Kesehatan Intelegensia adalah salah satu upaya kesehatan dilakukan dengan tujuan untuk memelihara, meningkatkan dan mengembangkan fungsi otak sebagai pusat berbagai kecerdasan atau intelegensia agar tetap optimal, berdaya guna pada setiap tahap kehidupan melalui kegiatan preventif, promotif, kuratif dan rehabilitatif. Dalam rangka menanggulangi masalah kesehatan inteligensi akibat gangguan vaskularisasi otak maka

Upaya pengembangan kesehatan inteligensia dapat dilakukan salah satunya dengan cara meningkatan kompetensi tenaga kesehatan, dalam hal ini adalah dokter, perawat dan fisioterapis di Indonesia untuk melakukan deteksi dini gangguan kognitif akibat gangguan vaskuler pada usia lanjut khususnya.

Dalam rangka mendukung upaya tersebut di atas, maka perlu dilaksanakan program peningkatan kompetensi tenaga kesehatan dalam pelaksanaan pilot project deteksi gangguan kognitif akibat gangguan vaskuler, dengan harapan dapat meningkatkan kualitas hidup usia lanjut. 

Pusat intelegensia kesehatan dalam hal ini memilih Provinsi Sumatera sebagai pilot project. Pada tanggal 2-4 Februari 2012 telah dilakukan Lokakarya dan 6-8 Februari 2012 dilakukan TOT untuk kepentingan tersebut.Kegiatan ini bertujuan untuk melakukan identifikasi masalah dalam menyusun acuan yang digunakan untuk melatih tenaga kesehatan agar dapat melakukan penilaian dan penanganan dalam rangka penanggulangan masalah kesehatan inteligensia pada usia lanjut.

Adapun tujuan dari pilot project ini adalah teridentifikasi masalah-masalah dalam mempersiapkan sarana dan prasarana Rumah Sakit pilot project deteksi dini gangguan kognitif pada usia lanjut akibat gangguan vaskuler otak. Dengan tujuan akhir kegiatan ini adalah tersedianya model layanan deteksi Dini gangguan kognitif pada usia lanjut akibat gangguan vaskuler otak dan tersedianya dokter dan neurolog terlatih untuk melakukan deteksi dini gangguan kognitif pada usia lanjut akibat gangguan vaskuler otak di lokasi pilot project. 

(DR. dr. Irene, MKM)

Kamis, 02 Februari 2012

Stop Buang Air Besar Sembarangan Edisi 2



Arti daripada deklarasi Stop Buang Air Besar Sembarangan, sesungguhnya adalah bebas dari suatu keadaan yang selama berhari hari, berbulan bulan bahkan bertahun lamanya merugikan masyarakat, akibat pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh perilaku masyarakat dalam membuang kotoran di sembarang tempat. Masyarakat Kabupaten Agam semenjak diperkenalkan dan mengikuti secara aktif dengan program Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (PAMSIMAS), telah membuktikan mampu merubah “perangai” atau kebiasaan yang tidak sehat yaitu Buang Air Besar Sembarangan (BABS) menjadi BAB hanya di jamban yang sehat.

Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (PAMSIMAS)

Sudah menjadi tekad pemerintah Indonesia untuk mencapai Tujuan Pembangunan Milenium, yaitu menurunnya jumlah penduduk yang belum mempunyai akses air minum dan sanitasi dasar sebesar 50% pada tahun 2015. Berdasarkan UU No.32/2004 dan UU No.33/2004, maka pemerintah daerah bertanggungjawab penuh untuk memberikan pelayanan dasar kepada masyarakat di daerahnya masing-masing, termasuk pelayanan air minum dan sanitasi. 

Program WSLIC-3/PAMSIMAS merupakan salah satu program dan aksi nyata pemerintah (pusat dan daerah) dengan dukungan Bank Dunia, untuk meningkatkan penyediaan air minum, sanitasi, dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat terutama dalam menurunkan angka penyakit diare dan penyakit lainnya yang ditularkan melalui air dan lingkungan.

Ada 5 komponen kegiatan di dalam Program Pamsimas, (1) Pemberdayaan Masyarakat dan Pengembangan Kelembagaan Lokal; (2) Peningkatan Kesehatan dan Perilaku Higienis dan Pelayanan Sanitasi; (3) Penyediaan Sarana Air Minum dan Sanitasi Umum; (4) Insentif untuk Desa/Kelurahan dan Kabupaten/Kota; dan (5) Dukungan Pelaksanaan dan Manajemen Proyek.

Untuk penyiapan dan implementasi pembangunan sarana air minum dan sanitasi umum di masyarakat dan sekolah, terdiri dari pembangunan sarana air minum untuk wilayah perdesaan atau sarana sanitasi komunal untuk wilayah pinggiran kota, dan sarana sanitasi sekolah.

Selanjutnya, untuk memastikan program penyediaan air minum, sanitasi, dan kesehatan berbasis masyarakat efektif dan berkelanjutan, perlu melibatkan seluruh masyarakat (perempuan, laki-laki, kaya dan miskin) dan dilakukan melalui pendekatan yang tanggap terhadap kebutuhan masyarakat. Tanggap terhadap kebutuhan berarti bahwa proyek menyediakan sarana dan kegiatan-kegiatan yang masyarakat inginkan, Masyarakat pun bersedia untuk berkontribusi, terutama dalam mengelola dan memelihara sehingga terbentuk rasa memiliki.

Tujuan program Pamsimas adalah untuk meningkatkan akses layanan air minum dan sanitasi bagi masyarakat miskin perdesaan khususnya masyarakat di desa tertinggal dan masyarakat di pinggiran kota. Sasaran program ini adalah kelompok miskin di perdesaan dan pinggiran kota yang memiliki prevalensi penyakit terkait air yang tinggi dan belum mendapatkan akses layanan air minum dan sanitasi.

Dalam upaya masyarakat bisa mendapatkan akses pelayanan air minum, pemerintah Indonesia masih memberikan bantuan untuk pembangunan fisiknya. Sedangkan untuk akses sanitasi dasar, seperti jamban keluarga, sudah tidak lagi dibantu, karena hal ini dimaksudkan menanamkan rasa tanggung jawab terhadap kelestarian lingkungan, dari pencemaran kotoran manusia yang dibuang secara sembarangan.

Untuk peningkatan kesehatan, Perilaku Hidup Bersih dan Sehat, dan layanan sanitasi, pemerintah telah melaksanakan kegiatan-kegiatan yaitu: dukungan pelaksanaan program STBM (Sanitasi Total Berbasis Masyarakat); program marketing sanitasi (menciptakan permintaan dan menguatkan pasar lokal dalam merespon permintaan improved sanitation), promosi perilaku hidup bersih dan sehat; peningkatan sanitasi dan kesehatan di sekolah; promosi kebersihan dan kesehatan lingkungan serta monitoring target pemberian layanan air minum dan sanitasi MDGs kabupaten/kota

Seiring dengan peningkatan akses pelayanan sanitasi, melalui PAMSIMAS, Pencapaian kinerja air minum dan sanitasi mendapat penilaian yang cukup memuaskan dari Bank Dunia. Keberhasilan tersebut, secara umum karena adanya faktor pendukung, diantaranya sebagai berikut dibawah ini:
  • Adanya komitmen Dinas Kesehatan Kota dan Kabupaten 
  • Fasilitasi oleh Tenaga Dinas Kesehatan Kabupaten dan Kota dan Kerjasama dengan LSM lokal 
  • Peran fasilitator regular dan keberlanjutan 
  • Peran kelompok ibu-ibu, pemuda dan anak 
  • Peran pemuka agama dan adat 
  • Kegiatan di masyarakat, yang bersifat advokasi, seperti media komunikasi, khotbah Jumat, sticker dan pesan PHBS di sudut-sudut desa, sekolah
Data Jumlah desa Stop BABS di Provinsi Sumatera Barat, sampai tahun 2011 tercatat 643 desa PAMSIMAS se Provinsi Sumbar dan yang telah SBS adalah 127 desa (19,75%)

(DR. dr. Irene, MKM)

Sabtu, 28 Januari 2012

Stop Buang Air Besar Sembarangan Edisi 1


Disaksikan Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Kementerian Kesehatan RI Prof dr Tjandra Yoga Aditama SpP(K), MARS, DTM&H, DTCE, Kepala Dinas Kesehatan Sumbar Dr. Hj. Rosnini Savitri, MKes dan Sekda Agam Syafirman Aziz, SH, PPMU Program PAMSIMAS Provinsi Sumatera Barat Ir. Maihalfri,MTP, SKPD di jajaran Pemerintah Kabupaten Agam, Camat dan Wali Nagari se-kabupaten Agam, masyarakat Jorong Simpang Nagari Batagak, Kecamatan Sungai Puar sebagai wakil untuk 16 lokasi yang sudah SBS di Kabupaten Agam mengikrarkan diri dengan Deklarasi SBS (Stop Buang Air Besar Sembarangan) pada hari Jumat 28 Januari 2012. 

Acara ini menunjukkan terus tumbuhnya kesadaran masyarakat untuk tidak membuang air besar sembarangan. Mengawali acara deklarasi berlangsung disuguhkan carano diawali silat khas setempat dan tari gelombang oleh para murid SD yang gemulai.

Ediwarman ketua Badan Pengelola Sarana Penyediaan Air Minum dan Sanitasi (BPSPAMS) Jorong Simpang, sebagai wakil dari 16 jorong di Kabupaten Agam yang mengikrarkan SBS mengatakan, bahwa dengan adanya Program PAMSIMAS ini, kami telah 100% memiliki jamban keluarga dan sudah 100% juga dapat menikmati air bersih, sehingga kami dapat menerapkan pola hidup bersih dan sehat. Wakil masyarakat ini memperlihatkan bahwa kegiatan ini murni dari, oleh dan untuk masyarakat. 

Sekda Agam Syafirman yang membacakan sambutan Bupati Agam, mengatakan, hingga tahun 2011 ini, kegiatan PAMSIMAS di kabupaten sudah mencapai sebanyak 50 lokasi yang tersebar pada 16 kecamatan.

Pada Acara pembukaan ada 5 pesan utama yang disampaikan oleh Prof dr Tjandra Yoga Aditama SpP(K), MARS, DTM&H, DTCE, yaitu pertama sarana yang ada harus terus dipelihara. Kedua selain dipelihara juga dikembangkan ke tempat lain di sekitar yang memerlukan, ketiga adalah Masyarakat harus selalu Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS), kebiasaan hidup bersih harus selalu jadi bagian dari keseharian, keempat perihal kebiasaan Stop Buang Air Besar Sembarangan (SBS) dan yang kelima adalah kebiasaan merokok. Dari pemerintah, kalau itu memenuhi kriteria dapat diberikan Hibah Insentif Desa (HID) atau Hibah Insentif Kabupaten (HIK).

          Pilakuik ka Balai Baru, 
          basimpang jalan ka Pampangan 
          Kok Dunsanak lai maraso malu
          Mari kito ubah perilaku
         Jan buang aie sembarangan

"Pilakut ke pasar baru, dipersimpangan jalan ke pampangan, kalau bapak ibu ada merasa malu, marilah kita ubah perilaku buang air besar sembarangan," demikian putra Minang tersebut berpantun mengakhiri sambutannya.

Pada acara ini juga dilakukan penyerahan piagam deklarasi pada 16 kepala jorong SBS oleh bapak Dirjen didampingi SekDa Kabupaten Agam dan Kepala Dinas Kesehatan Provinsi. Juga disampaikan kemajuan kegiatan oleh Badan Pendukung Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum (BPSPAMS) 

Pada acara ini juga diperagakan kegiatan CTPS oleh murid SD setempat dan deklarasi dan penandatanganan piagam deklarasi oleh Pak Dirjen.

Bapak Dirjen juga sempat melihat rumah warga yang sarana airnya disediakan pemerintah melalui proyek PAMSIMAS (penyediaan air minum dan sanitasi berbasis masyarakat) yang dikelola oleh BPPSPAM dan WC nya dibangun sendiri oleh warga. Saat beliau mencuci tangan terlihat debet air yang cukup besar dihasilkan oleh keran air tersebut.

Kok dulu limo ratuih sakubik, kini lah naik jadi saribu. Paliang banyak limo baleh ribu, lah pueh mamakai aia, kami tatolong dek PAMSIMAS ko, demikian pengakuan seorang warga kepada beliau. 

Apa dan mengapa SBS dan Pamsimas, akan kami bahas pada edisi 2

(DR. dr. Irene, MKM)

Diabetes dan Retinophaty

Kelompok Seminat Retina dari 12 RS Pendidikan dan 15 Cabang Perdami, pada hari Jum'at 27 Januari 2012 melaksanakan Workshop Indonesia Epidemiology Diabetic Retinopathy Study (InaEDRS), yang diselenggarakan Perhimpunan Dokter Mata Indonesia (PERDAMI) di Hotel The Hills Bukittinggi.

Indonesia berhadapan dengan "triple burden" karena penyakit menular belum teratasi, sementara penyakit tidak menular cenderung meningkat dan ada pula penyakit "baru" seperti flu burung. Demikian disampaikan Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Kementerian Kesehatan RI Prof dr Tjandra Yoga Aditama SpP(K), MARS, DTM&H, DTCE saat menyampaikan presentasi dan membuka workshop tersebut.

Di Indonesia, kasus PTM yang menjadi perhatian dan pengendalian pada dewasa ini terdiri dari kasus hipertensi, penyakit jantung, DM type 2, PPOK, kanker leher rahim, asthma, cedera akibat kecelakaan lalu lintas. Bila merujuk pada bagan referensi WHO tahun 2010, terlihat jelas bahwa persentase kematian akibat PTM dan cedera di dunia menempati proporsi yang besar dibandingkan dengan penyakit menular. Trend kejadian penyakit tidak menular berdasarkan grafik survey rumah tangga dan riset kesehatan dasar menunjukan bahwa kasus PTM memperlihatkan trend yang cenderung meningkat dalam dua dasawarsa ini, demikian pula dengan kasus cedera yang belum menujukan penurunan secara signifikan.

Diabetes Mellitus (DM) merupakan salah satu Penyakit Tidak Menular (PTM) Utama di dunia dan di Indonesia. World Health Organization (WHO) Melaporkan bahwa Indonesia berada di urutan keempat
negara yang jumlah penyandang DM terbanyak dari 5 Negara dengan populasi terbanyak di dunia. Jumlah ini diproyeksikan akan mencapai 21,3 juta jiwa pada tahun 2030 dari 8,4 juta jiwa pada tahun 2000 sehingga tanpa upaya pencegahan dan program pengendalian yang efektif prevalensi tersebut akan terus meningkat. 

Strategi Utama Pengendalian DM dilakukan dengan ; surveilans faktor risiko dan registri penyakit, promosi kesehatan, manajemen upaya pelayanan kesehatan. Surveilans ini dilakukan untuk mendapatkan informasi besaran masalah faktor risiko DM dan kasus, jangkauan pelayanan dan tingkat fatalitas penyakit DM saat itu. 

Dalam melaksanakan upaya pengendalian DM diperlukan dukungan kebijakan yang diperoleh melalui advokasi dan koordinasi kebijakan dilakukan setiap tingkatan pemerintahan. Di Tingkat desa misalnya, program Posbindu PTM mempercepat pencapaian target desa siaga, peningkatan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat. Jeajring kerja untuk membangun komitmen dari berbagai stakeholders terkait.

Setiap individu dalam masyarakat harus mampu berpartisipasi dan trampil dalam upaya pengendalian PTM. Peningkatan kemampuan masyarakat untuk bergaya hidup sehat harus didukung oleh kemampuan petugas kesehatan dalam aspek teknis dan manajemen penanggulangan DM. Masyarakat dan petugas kesehatan memerlukan lingkungan kondusif berupa prasarana dan sarana yang memungkinkan mereka untuk dapat menjalankan upaya ini secara efektif. 

Penyakit DM cenderung meningkat, kronisitas dan kecacatannya menimbulkan kerugian ekonomi bagi penderita, masyarakat dan negara. Salah satu komplikasi DM adalah gangguan di mata seperti retinopati. 

Masalah utama DM adalah pengetahuan, komitmen, data dan informasi. Saat ini pengendalian DM telah dikembangkan dan menjadi bagian integral pembangunan kesehatan. Pengendalian faktor risiko merupakan upaya yang penting, selain deteksi dini dan penatalaksanaan kasus 

Kerjasama berbagai pihak seperti pemerintah, profesi, perguruan tinggi dan swasta sangat menentukan keberhasilan PPTM, tentu termasuk penanggulangan DM," tegas Tjandra.

Dalam kesempatan itu, Utusan Khusus Presiden untuk MDG Prof. Nila Moeloek juga menyampaikan presentasi pada acara pembukaan dengan memaparkan bahwa Penyakit Tak Menular juga sebagai hambatan Pencapaian Millennium Development Goals.

Penanggulangan PTM harus merupakan pendekatan intersektoral, melibatkan berbagai kementerian atau lembaga sebagai pemangku kepentingan di luar sektor kesehatan. Perangkat peraturan dan kebijakan yang bermuara pada upaya mendorong pencegahan dan pengendalian PTM merupakan komponen vital dalam penanggulangan PTM. Institusionalisasi kebijakan dan program pencegahan serta pengendalian PTM ke dalam agenda pembangunan yang lebih luas dapat jadi langkah strategis yang dapat ditempuh untuk memerangi PTM secara komprehensif. Pendekatan determinan sosial kesehatan akan menjadi landasan konseptual. 

Tugas Seminat Retina adalah dal am Prevention-diagnostic and treatment guideline to improve patient care, demikian pesan beliau.

(DR. dr. Irene, MKM)

Rabu, 25 Januari 2012

Demam Berdarah ... Again and Again

Suatu hari disaat saya lagi menunggu pembukaan acara Pertemuan Tuberkulosis di Best Western Solo, saya bertemu dengan Dr. Iwan Mulyono, MPH (seseorang yang telah menginspirasi saya untuk membuat Blog ini.... Thanks Bapak).

Jumantik vs Juminten

Kami mulai bercerita ngalor ngidul (untung ga ampe ngiler ^_^), sampai akhirnya beliau bercerita bahwa pada suatu hari disaat beliau masih menjabat sebagai Kepala Dinas Jawa Timur, seorang Jumantik mendatangi rumah beliau untuk memeriksa jentik. Juminten di rumah beliau marah-marah, "Ini rumah kepala dinas, ga ada jentik tau". Jumantiknya berkata bahwa dia ga akan memeriksa kamar mandinya pak Kepala Dinas, tetapi akan memeriksa kamar mandi kamu. Lha ternyata emang bener, ada jentiknya...

Cerita beliau mengingatkan saya bahwa suatu saat rumah saya kedatangan seorang Jumantik, Juminten saya dengan pandangan curiga memandang dari ujung rambut sampai ke ujung kaki. Saya sengaja hanya mengamati saja kejadian tersebut. Dengan tegasnya Juminten saya berkata, "Tidak bisa masuk ke rumah ini, karena Ibu sedang tak ada". Setelah itu dengan bangganya di berkata kepada saya, "Bu, tadi ada orang datang, ngaku-ngakunya sih Jumantik, tapi mukanya kayak Perampok bu, jadi sudah saya usir". Saya jadi tersenyum sendiri mengingat itu....

Demam Pelana Kuda

Penyakit yang bisa merenggut nyawa adalah penyakit yang benar-benar berbasis lingkungan dan perilaku. Jika kita lihat, angka kematian terhadap penyakit ini terus menurun dari tahun ke tahun, hal ini membuktikan bahwa sektor kesehatan sudah berupaya sangat optimal untuk menangani kasus. Kenapa masih ada yang meninggal, biasanya disebabkan karena terlambat datang ke pelayanan kesehatan.

Tanda dan Gejala Penyakit DBD adalah demam dengan tanda-tanda perdarahan. Penyakit ini didahului oleh demam tinggi yang mendadak, terus menerus berlangsung 2-7 hari. Panas dapat turun pada hari ke-3 yang kemudian naik lagi, dan pada hari ke-6 atau ke-7 panas mendadak turun. Perdarahan ini terjadi di semua organ. Bentuk perdarahan dapat hanya berupa uji Tourniquet (Rumple Leede) positif atau dalam bentuk satu atau lebih manifestasi perdarahan sebagai berikut: Petekie, Purpura, Ekimosis, Perdarahan konjungtiva, Epistaksis, Pendarahan gusi, Hematemesis, Melena, dan Hematuri.
Kebiasaan masyarakat jika demam adalah mengobati diri sendiri, beli obat diwarung atau ke mbah dukun, pada hari ke-3 demam akan hilang pada pasien ini, mereka berpikir bahwa mereka telah sembuh dan sering datang ke sarana layanan kesehatan setelah kondisi parah bahkan syok, akan tetapi sarana layanan kesehatan sampai hari ini masih bisa mempertahankan dan angka kematiantak lebih dari 1%.

All Things About DBD

DBD adalah salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Sejak tahun 1968 jumlah kasusnya cenderung meningkat & penyebarannya bertambah luas. DBD sendiri sangat erat kaitannya dengan peningkatan mobilitas penduduk dan semakin lancarnya hubungan transportasi serta tersebar luasnya virus dengue dan nyamuk penularnya di berbagai wilayah di Indonesia. 

Menemukan kasus DBD secara dini bukanlah hal yang mudah, karena pada awal perjalanan penyakit gejala dan tandanya tidak spesifik, sehingga sulit dibedakan dengan penyakit infeksi lainnya. Penegakkan diagnosis DBD (secara klinis) sesuai dengan kriteria WHO, sekurang-kurangnya memerlukan pemeriksaan laboratorium, yaitu pemeriksaan trombosit dan hematokrit secara berkala. Sedangkan untuk penegakkan diagnosis laboratoris DBD diperlukan pemeriksaan serologis [uji HI (haemaglutination inhibition test)] atau ELISA (IgM/IgG) yang pada saat ini telah tersedia dalam bentuk dengue rapid test (misalnya dengue rapid strip test), PCR (polymerase chain reaction) atau isolasi virus.
Obat untuk membasmi virus dan vaksin mencegah DBD hingga saat ini belum tersedia. Pengobatan terhadap penderita DBD hanya bersifat simptomatis dan suportif. Penatalaksanaan penderita DBD berdasarkan perubahan utama yang terjadi pada penderita, yaitu adanya kerusakan sistem vaskuler dengan akibat meningkatnya permeabilitas dinding pembuluh darah. Keadaan ini menyebabkan terjadinya kebocoran plasma dengan berbagai akibatnya [renjatan/syok, anoksia, asidosis, DIC (disseminated intravascular coagulation)] dll. Dengan demikian pengobatan mencakup: pemberian cairan yang memadai, perbaikan perubahan asam-basa yang terjadi dan mengatasi komplikasi.
Tanda-tanda DBD:
  1. Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit yang ditandai dengan:
    • demam tinggi mendadak, tanpa sebab yang jelas, berlangsung terus-menerus selama 2-7 hari.
    • Manifestasi perdarahan (petekie, purpura, perdarahan konjungtiva, epistaksis, ekimosis, perdarahan mukosa, epistaksis, perdarahan gusi, hematemesis, melena, hematuri) termasuk uji Tourniquet (Rumple Leede) positif; 
    • Trombositopeni (jumlah trombosit ≤ 100.000/μl); 
    • Hemokonsentrasi (pe-ningkatan hematokrit ≥ 20%); dan 
    • Disertai dengan atau tanpa pembesaran hati (hepatomegali). 
  2. DBD pada umumnya menyerang anak-anak, tetapi dalam dekade terakhir ini terlihat adanya kecenderungan kenaikan proporsi pada kelompok umur dewasa. 
  3. Penyebab DBD adalah virus dengue yang sampai sekarang dikenal 4 serotipe (Dengue-1, Dengue-2, Dengue-3 dan Dengue-4), termasuk dalam group B Arthropod Borne Virus (Arbovirus). 
  4. Masa inkubasi DBD biasanya berkisar antara 4-7 hari. 
  5. Penularan DBD umumnya melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti meskipun dapat juga ditularkan oleh Aedes albopictus yang biasanya hidup di kebun-kebun. Nyamuk penular DBD ini terdapat hampir di seluruh pelosok Indonesia, kecuali di tempat-tempat dengan ketinggian lebih dari 1000 meter di atas permukaan laut. 
Kito Bunuah Rangik Damam Badarah Atau Kito Dibunuahnyo


Itu adalah slogan dari kegiatan COMBI (Communication For Behavioral Impact) yang telah dilaksanakan di Provinsi Sumatera Barat 2 tahun lalu. Kegiatan ini adalah suatu upaya untuk pengerakan masyarakat, melalui proses pemberdayaan, sesuai dengan sosial budaya masyarakat, suatu kegiatan Dari, Oleh dan Untuk Masyarakat sehingga masyarakat mampu melakukan pencegahan DBD dengan PSN (Pemberantasan Sarang Nyamuk) dengan 3M Plus (Menguras, Menutup, Mengubur) Plus Membersihkan Lingkungan.

Dalam upaya peningkatan partisipasi masyarakat, disusun media penyuluhan dalam bahasa setempat, yang dibuat bersama-sama dengan masyarakat. Kegiatan ini didahului dengan suatu survei yang dilakukan untuk melihat kebutuhan masyarakat.

Tempat perkembang-biakan utama nyamuk penular DBD adalah tempat-tempat penampungan air (TPA) berupa genangan air yang tertampung disuatu tempat atau bejana di dalam atau sekitar rumah atau tempat-tempat umum, tidak melebihi jarak 500 meter dari rumah. 

Jenis tempat perkembang-biakan adalah :
  • TPA untuk keperluan sehari-hari, seperti: drum, tangki reservoir, tempayan, bak mandi/wc, dan ember. 
  • TPA bukan untuk keperluan sehari-hari seperti: tempat minum burung, vas bunga, perangkap semut dan barang-barang bekas (ban, kaleng, botol, plastik dan lain-lain). 
  • TPA alamiah seperti: lobang pohon, lobang batu, pelepah daun, tempurung kelapa, pelepah pisang dan potongan bambu. 
Keistimewaan nyamuk ini adalah tidak dapat berkembang biak di genangan air yang langsung berhubungan dengan tanah. 

Yang menggigit adalah nyamuk betina, biasanya nyamuk betina mencari mangsanya pada siang hari. Aktivitas menggigit biasanya mulai pagi sampai petang hari, dengan 2 puncak aktifitas antara pukul 09.00-10.00 dan 16.00-17.00 WIB. Aedes aegypti mempunyai kebiasaan mengisap darah berulang kali (multiple bites) dalam satu siklus gonotropik, untuk memenuhi lambungnya dengan darah, sehingga sangat efektif sebagai penular penyakit. 

Setelah mengisap darah, nyamuk ini hinggap (beristirahat) di dalam atau kadang-kadang di luar rumah berdekatan dengan TPA. Biasanya di tempat yang agak gelap dan lembab, disana nyamuk menunggu proses pematangan telurnya. Setelah beristirahat dan proses pematangan telur selesai, nyamuk betina akan meletakan telurnya di dinding TPA, sedikit di atas permukaan air. Pada umumnya telur akan menetas menjadi jentik dalam waktu ±2 hari setelah telur terendam air. Setiap kali bertelur nyamuk betina dapat mengeluarkan telur sebanyak 100 butir. Telur itu di tempat yang kering (tanpa air) dapat bertahan berbulan-bulan pada suhu -2ºC sampai 42ºC, Bila tempat-tempat tersebut kemudian tergenang air atau kelembabannya tinggi maka telur dapat menetas lebih cepat.

Lalu, tanggung jawab siapa??


Kematian telah menurun dari tahun ketahun. Tapi kemudian, apakah petugas kesehatan bisa membuat orang tidak digigit nyamuk sehingga tak sakit?

Dapat diilustrasikan jika seorang ibu pulang dari pasar dan kehausan, ibu tersebut membeli 1 gelas aqua, selesai minum gelas aqua dibuang begitu saja, hujan datang gelas berisi air dan nyamuk meletakan telur disana, Telur yang diletakan biasanya berkisar 100 butir dan 2 hari kemudian telur tersebut telah menetas menjadi nyamuk. Nyamuk itu tidak akan terbang jauh, hanya berkisar 500 meter. Jadi yang akan digigit adalah orang-orang disekitar tempat tersebut.

Lalu siapa yang bertanggung jawab. Petugas kesehatan?? Atau Kepala Dinas Kesehatan?? Tentu tidak. Yang akan bertanggung jawab adalah masyarakat sendiri. jaga kebersihan lingkungan melalui 3M Plus, Masyarakat harus melakukan kegiatan pemutusan rantai perkembang biakan nyamuk dengan cara membersihkan lingkungan di sekitar perumahan. Terutama ditujukan terhadap tempat-tempat perkembangbiakan nyamuk seperti kontainer yang ada di dalam rumah seperti bak mandi, wc, bejana tempat penampungan air, vas bunga dan sebagainya dan kontainer yang ada di luar rumah dengan cara mengubur benda-benda yang bisa menampung air sehingga bisa digunakan oleh nyamuk Ae. aegypti untuk bertelur seperti ban bekas, kaleng bekas talang air dan sebagainya. Kegiatan ini lebih dikenal dengan istilah 3M (Menguras, Menutup dan Mengubur). Kegiatan ini akan lebih efektif bila dilakukan secara massal, berupa gerakan di tengah-tengah masyarakat. 

Melalui kegiatan COMBI, dilakukan lima aksi terpadu, yaitu 1) Mobilisasi administrasi/humas/advokasi, 2. Mobilisasi masyarakat, 3. Advertensi, 4. Penjualan Pribadi/Komunisasi Perseorangan dan Point pada Layanan Promosi Kesehatan)

DR. dr. Irene, MKM







Jumat, 20 Januari 2012

Sosialisasi Kawasan Tanpa Rokok

Kamis, 19 Januari 2012

ROKOK… Ancaman maha Dahsyat Yang Diabaikan…


Dinas Kesehatan Provinsi melakukan pertemuan sosialisasi dan advokasi Kawasan Tanpa Rokok (KTR), hadir dalam pertemuan DR. Ekowati Rahajeng, MEpid (Direktur PPTM Ditjen PP dan PL) dan DR. dr. Sonny Warrow, SKM (Kasubdit Penyakit Kronis dan Degeneratif Lainnya) dalam pertemuan ini. Peserta pertemuan yang terdiri dari lintas sektor terkait, organisasi profesi, MUI dan dinas kesehatan kabupaten kota pada umumnya setuju bahwa Kawasan Tanpa Rokok harus segera dilaksanakan di Provinsi Sumatera Barat.

Buya Gusrizal Gazahar dari MUI menegaskan bahwa, fatwa MUI adalah Rokok HARAM pada ibu hamil, anak dibawah umur dan ditempat umum, sedangkan untuk yang lainnya bukan HALAL, melainkan HARAM atau MAKRUH. Dan tegas beliau untuk di Sumatera Barat MUI menegaskan bahwa ROKOK adalah HARAM. Beliau berpesan, bahwa beliau siap mendukung sampai kemanapun berkenaan dengan rokok ini.


Seluruh peserta antusias mengikuti acara sampai selesai......

SITUASI TERAKHIR KTR DI PROVINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2011

Sebaran Perokok Per Kabupaten/Kota (Riskesda 2007)

Data Riskesdas 2007 : 
  • Lebih dari 1,2 juta penduduk Sumatera Barat merokok 
  • Jumlah perokok si Sumatera Barat No. 5 di Indonesia. 
  • Kematian akibat rokok 427.948 orang pertahun 1172 orang per hari 
  • Kabupaten Sijunjung memiliki perokok terbanyak (31,1%) diikuti oleh Kabupaten Tanah Datar (29,4%), Kabupaten Solok (29%), Kabupaten 50 Kota (29%), Kota Pariaman (28,9&) dan Kota Payakumbuh yang paling sedikit (18,1%)
Berapa Besar Uang Yang Dibakar untuk Rokok 
Di Sumatera Barat

Di Sumatera Barat Rp. 3,5 triliun yang dibakar setiap tahunnya untuk rokok, jika kita bandingkan dengan Program Penanggulangan Kemiskinan Lainnya:

  • Biaya Bantuan Operasional Sekolah (BOS) tahun 2012 hanya Rp. 524.267.110.749,- 
  • BLT hanya 100.000 per keluarga, berdasarkan data statistik Sumbar 2010, masyarakat yang tercatat sebagai fakir miskin sebanyak 430.024 jiwa. 
  • Dana akan untuk penanggulangan kemiskinan, serta bantuan untuk lansia dan masyarakat cacat berat hanya Rp26,2 miliar dari kementerian Sosial RI. 
  • Sekitar 257.438 rumah tangga saran (RTS) sekitar 4.000 ton per bulan, jika diasumsikan harga berkisar 6.200 sd 6.800, berkisar 297.600.000.000 sampai 326.400.000.000 per tahun

Jumlah Perokok dan Biaya yang Dikeluarkan Untuk Rokok
82,8% perokok di Sumatera Barat MEROKOK di rumah membuat anggota keluarga lainnya jadi perokok pasif. Perokok pasif rentan jadi korban penyakit akibat rokok karena menghisap asap sampingan yang 3 kali lebih berbahaya dari yang dihisap perokok.

Tak ada batas aman terhadap asap rokok orang lain/lingkungan
Perlu 100% KTR tanpa menyediakan ruang merokok
Merokok dilakukan di luar gedung 

Situasi terkini KTR di Provinsi Sumatera Barat 2011


PERJUANGAN KITA MASIH PANJANG….
KITA HARUS BERBUAT LEBIH BANYAK LAGI

Materi lengkap dapat di download di : 

Rabu, 18 Januari 2012

Roadshow Kadinkes Provinsi Sumatera Barat dan pertemuan Monitoring dan Evaluasi Tuberkulosis

Selasa, 17 January 2011


Tim Dinas Kesehatan Provinsi, dipimpin oleh ibu Kepala Dinas Kesehatan Dr. Hj. Rosnini Savitri, MKes, bersama Kabid PP dan Bencana DR. dr. Irene, MKM, Kabid PPK Dr. Hj. Lily Gracediani, MKes, Kabid SDK Drg. Bachtaruddin, Kasi Akreditasi Syafwan, SKM, MKes, Kasi Perencanaan Dra. Yudihartati, Apt., PPO GF ATM Komponen TB Dr. Wihardi Triman, MQIH, Surveilans Officer Dinkes Sumbar, Yusmayanti, SKM, MEpid. Sekda Kabupaten Tanah Datar hadir dan membuka acara tersebut secara resmi acara tersebut.

Pada pertemuan ini dibahas masalah-masalah dalam pencapaian program kesehatan di Kabupaten Tanah Datar, beberapa indikator terutama untuk penyakit menular belum tercapai. juga indikator-indikator lainnya. untuk itu perlu percepatan dan upaya keras, yang tentu juga didukung dana.

Program Penanggulangan Tuberkulosis

Khusus untuk TB, Tanah Datar menempati urutan ke 18 dari 19 Kabupaten Kota dalam penemuan Kasus (nomor 2 terendah) yaitu 32,2% (dari target 70%). Ini disebabkan karena jumlah suspek yang diperiksa memang sangat rendah, hanya 21%. Proporsi BTA Positif diantara Suspek 15,2% menunjukkan memang penjaringan terlalu ketat disamping kemungkinan kesalahan di laboratorium (positif palsu). Sementara angka konversi sudah mencapai target 86%, tapi masih ada 3 puskesmas yang masih kecil dari 50% dan Angka Keberhasilan pengobatan mencapai 91%, artinya kalaulah pasien ditemukan maka umumnya akan sembuh. Hal jadi permasalahan disini adalah bahwa perlu perhatian di penemuan dini dan konversi

PENEMUAN DINI

Penemuan dini pasien TB menular (TB BTA positif) harus merupakan prioritas utama, dengan demikian pasien dapat diobati sebelum mereka menularkan lebih lanjut ke orang lain. Kesempatan penemuan pasien TB akan hilang kalau petugas kesehatan tidak melakukan anamnesa dengan baik dan benar serta tidak melakukan pemeriksaan dahak.

Mengidentifikasi apakah seseorang itu suspek TB Paru, maka petugas kesehatan haruslah bertanya kepada semua pasien dewasa (berumur 15 tahun atau lebih) yang mempunyai tanda dan gejala mengarah kemungkinan TB:
 a. Apakah anda batuk? b. Apakah batuk anda berdahak? c. Sudah berapa lama anda batuk?

Tanyakan juga gejala-gejala lain yang menyertai keluhan batuk tersebut untuk lebih meyakinkan bahwa kondisi tersebut mengarah kepada kemungkinan TB.
Petugas kesehatan perlu mencermati semua pengunjung Sarana Pelayanan Kesehatan, termasuk mereka yang datang tidak dengan keluhan batuk dan anggota keluarga yang mengantar mereka, sebaiknya ditanya apakah mereka batuk dan sudah berapa lama. Tugas ini dapat dilakukan oleh petugas di bagian penerimaan pasien (di bagian pendaftaran).
Perlu diperhatikan bahwa sekitar 50% dari suspek TB mungkin tidak terjaring jika petugas hanya mencurigai TB pada mereka yang datang berobat karena batuk saja.
Menentukan suspek TB ekstraparu tidaklah mudah seperti suspek TB paru. Gejalanya tergantung pada lokasi penyakitnya atau organ tubuh yang terkena. Diagnosis TB ekstraparu perlu dilakukan pemeriksaan laboratorium penunjang lainnya, tidak hanya sekedar pemeriksaan dahak.

Pasien anak umumnya sulit mengeluarkan dahak. Sebab itu, pemeriksaan dahak hanya dapat dilakukan bila anak tersebut mampu mengeluarkan dahak. Berdasarkan hal tersebut maka diagnosis TB pada anak mengikuti alur khusus yaitu sistem skoring yang dikeluarkan oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI).

Penemuan pasien anak dapat dilakukan secara sentripetal (mencari sumber penularan) dan sentrifugal (mencari anak yang kontak erat dengan pasien TB paru BTA positif).

Diagnosis TB hanya dilakukan oleh dokter atau petugas kesehatan lain yang diberi pelimpahan kewenangan terbatas oleh pejabat terkait.

KONVERSI

Maksud dilakukannya pemeriksaan ulang dahak pada pengobatan dengan Kategori-1 dan Kategori-2 adalah:
  • Pemeriksaan pada akhir tahap awal: untuk menentukan konversi. 
Apabila telah mengalami konversi, berarti pasien telah menelan obat secara teratur dan paduan obat yang diberikan efektif.
Apabila tidak konversi berikan sisipan. 
  • Pemeriksaan pada sebulan sebelum akhir pengobatan: untuk menentukan kemungkinan ada tidaknya kuman yang sudah kebal obat terhadap paduan OAT yang diberikan.
Apabila hasilnya masih BTA positif, kemungkinan ada kuman-kuman TB kebal obat yang berkembang, sehingga pasien ini perlu diberi paduan obat yang spesifik. 
  • Pemeriksaan pada akhir pengobatan: untuk menentukan kesembuhan. Apabila hasilnya BTA negatif itu berarti kesembuhan dapat dikonfirmasi. 
Apabila pemeriksaan ulang dahak pada akhir tahap awal hasilnya masih BTA positif, hal ini mungkin diakibatkan oleh salah satu sebab di bawah ini :
  • Paling sering: pengobatan tahap awal sangat lemah pengawasannya; atau OAT ditelan tidak sesuai aturannya; atau tidak mengikuti jadual yang ditetapkan. 
  • Kadang-kadang: proses konversi apusan dahaknya berjalan lambat akibat terlalu banyak jumlah kuman TB dalam tubuh; atau karena telah terjadi kerusakan jaringan paru yang luas; atau karena adanya gangguan penyerapan OAT. 
  • Jarang: kuman sudah kebal terhadap OAT (TB MDR) sehingga tidak ada lagi manfaat pemberian OAT lini pertama. 
(DR. dr. Irene, MKM)








Minggu, 15 Januari 2012

WORKSHOP PERAN JURNALIS DALAM PENANGGULANGAN BENCANA

Sabtu, 14 Januari 2012 

Propinsi Sumbar termasuk salah satu daerah rawan bencana di Indonesia, sementara masyarakat masih peranyak yang awam perihal bencana itu
sendiri. Untuk itu semua pihak mesti siap menghadapi situasi tersebut. Jurnalis berperan untuk memberikan pemberitaan edukatif dalam menciptakan
masyarakat yang tangguh menghadapi bencana, perlu sebuah komitmen dalam pemberitaan sehingga jika bencana
terjadi, korban di masyarakat bisa diminimalisir, demikian Staf Khusus Presiden Bidang Sosial
Bencana, Andi Arief saat menjadi keynote speaker pada workshop terkait peran jurnalis dalam penanggulangan bencana yang diadakan di Hotel Pangeran Padang, Sabtu (14/1).

UU tentang kebencanaan telah digariskan strategi penanggulangan bencana yakni mencakup prabencana, saat terjadi bencana, dan pasca bencana. Pada tahap prabencana, penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi antara lain mitigasi,
pencegahan, pengurangan resiko bencana (PRB). "Apabila terjadi bencana, langkah penanganan darurat menjadi fokus. Serta rehabilitasi dan rekonstruksi
bagi masyarakat dan wilayah terdampak merupakan langkah
selanjutnya setelah terjadi bencana," katanya.

Selain itu, kecenderungan pemberitaan saat ini, media lebih
memfokuskan pada kejadian bencana. Asumsi yang melatarbelakangi adalah bad news is good news.
Pembicara lain pada workshop itu adalah adalah jurnalis penulis buku "Liputan Bencana", Ahmad Arief (Harian Kompas), Kepala BPBD Sumbar, Kepala Dinas Prasarana Jalan (Suprapto), Tata Ruang dan Pemukiman Sumbar, Dinas Sosial Sumbar, Dinas Kesehatan Sumbar (DR. dr. Irene, MKM). 

Rabu, 11 Januari 2012

WORKSHOP DENGUE

Singapura, 10 Januari 2012

Demam Berdarah masih merupakan permasalahan di Bidang Kesehatan, bahkan di negara maju sekalipun seperti Singapura. Banyak faktor yang mempengaruhi, diantaranya faktor lingkungan, perilaku dan faktor-faktor lain seperti perubahan iklim, perubahan demografi, dan lainnya.

Peningkatan curah hujan, membuat banyaknya tempat perindukan nyamuk. berbagai upaya dilakukan untuk upaya Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) ini, di Indonesia ada gerakan 3 M Plus, demikian juga di Malaysia dan di Singapura sendiri malah menerpakan denda pada rumah yang ditemukan jentik.

Peserta dalam diskusi 
Beberapa ahli/pemerhati Demam Berdarah dari 3 negara hadir di acara Workshop Dengue tersebut, Saya (DR. dr. Irene, MKM) bersama DR. dr. Aziz Jamal, DTM&H dari Fakultas Kedokteran Universitas Andalas Padang. Juga hadir wakil dari Makasar, Malaysia dan Singapura sendiri, yang mempresentasikan situasi di tempatnya masing-masing.. Kita bersepakat untuk melakukan sharing informasi terkait dengue melalui software United Dengue.
Provinsi Sumatera Barat belum dapat mengidentifikasi serotipe virus pada kasus demam berdarah yang ada di Sumatera Barat. Tahun ini bekerja sama dengan Bagian Mikrobiologi FK Unand, kita akan mengidentifikasi serotype virus, sebagai masukan buat kebijakan dimasa yang akan datang, sambil tetap melakukan penanggulangan vektor, tatalaksana dan meningkatkan surveilans rutin.
Foto bersama usai Workshop 
(DR. dr. Irene, MKM)



Selasa, 03 Januari 2012

Kunjungan Walikota Padang Ke Lentera Minang Kabau

Senin, 2 Januari 2012

Mengawali tahun 2012, Senin, 2 Januari 2012, Walikota Padang DR. Fauzi Bahar, MSi, mengunjungi Sekretariat Lantera Minang Kabau. Kunjungan tersebut juga dihadiri Ketua PMI Padang King Churcil, Ketua STIKES Ranah Minang Padang Dr. Efrida Azis, MSc, Kabid PP dan Bencana Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat DR. dr. Irene, MKM dan Kabid P2PL DKK Padang, dr. Devi Naswita.

Dalam kesempatan ini Walikota Padang bertemu dengan pengurus Lantera Minang Kabau, KDS dan dampingan Lantera Minangkabau. Walikota berpesan agar tidak lagi melakukan perilaku berisiko dan para dampingan diharapkandapat memiliki pekerjaan, selanjutnya hal ini akan di koordinasikan dengan Dinas Sosial. Beliau juga mengatakan bahwa hendeknya Lantera Minangkabau dapat memiliki tempat yang lebih layak agar dapat berbuat lebih banyak.

(Dokumen Pribadi : DR. dr. Irene, MKM)